Pemkot Bandung Harus Cepat Lacak Kontak Pedagang Reaktif COVID-19
Tutup pasar sementara guna pelacakan pedagang reaktif corona
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Ahli epidemiologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Panji Fortuna Hadisoemarto menuturkan, persebaran virus corona jenis baru (COVID-19) di pasar tradisional membahayakan untuk orang banyak. Sebab, pertemuan antar pembeli dan penjual di tempat tersebut sulit dihindari.
Ketika ada pedagang atau pembeli yang kedapatan reaktif COVID-19 saat menjalani rapid test di pasar, maka pemerintah daerah harus cepat melakukan pelacakan kontak. Hal ini dilakukan jika ingin operasional pasar tidak ditutup.
"Karena kita berkejaran dengan waktu. Kalau 48 jam bisa melakukan tracing (pelacakan), tidak masalah pasar itu tetap buka," ujar Panji ketika dihubungi, Rabu (9/6).
1. Identifikasi kontak jadi kunci paling utama menekan persebaran virus
Panji menuturkan, identifikasi kontak dari pedagang yang reaktif COVID-19 harus dilakukan secepatnya. Dengan identifikasi tersebut bisa diketahui dari mana yang bersangkutan diduga terpapar virus corona.
Cara ini pula mampu menguatkan alasan jika memang pasar harus dibuka atau ditutup. Jika lambat dalam penanganan pelacakan, maka pasar tradisional tersebut jelas harus ditutup terlebih dahulu sebelum persebaran virus semakin tinggi.
"Karena dikhawatirkan kalau belum terindentifikasi maka akan terus berkontak dengan orang lain. Jadi kalau kapasitas tracing tidak memadai (dalam waktu cepat) maka saya rekomedasikan ditutup saja dulu pasarnya," kata dia.
Baca Juga: Ada Pedagang Positif COVID-19, Pasar Leuwipanjang Belum Ditutup Juga
Baca Juga: Pedagang Positif Corona, Tiga Pasar di Bandung Baru Ditutup Hari Ini