TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menyulap Sungai Kumuh Jadi Urban Farming dan Tempat Bermain Anak

Banyak sungai di Bandung dijadikan tempat pembuangan sampah

Urban farming dibangun di atas aliran Sungai Cilimus, Kelurahan Padjadjaran, Kota Bandung. Area sepanjang 250 meter ini dimanfaatkan warga untuk berkebun dan dipakai anak-anak bermain. Debbie Sutrisno/IDN Times

Bandung, IDN Times - Deretan polibag berisi berbagai tanaman sayuran tertata rapi di atas sungai yang ditutup baja ringan. Tanaman kangkung, cabai, pakcoy, tomat, hingga bawang terlihat rapi berjejer di lahan Buruan Sae milik RW 03, Kelurahan Padjadjaran, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung.

Lahan perkebunan kota ini berada di atas aliran Sungai Cilimus, sungai yang membelah dua rukun warga (RW), 03 dan 04. Keberadaan urban farming ini menjadi salah satu yang terbaik di Kota Bandung. Selain dijadikan tempat bercocok tanam, di atas lahan tersebut pun terdapat pos ronda yang dipakai para bapak-bapak bergiliran berjaga pada malam hari atau sekadar berkumpul melepas penat usai bekerja seharian.

"Kami masih aktif melakukan kegiatan. Minggu kemarin kami baru panen bawang merah banyak bareng Pak Kadispangtan (Kota Bandung)," kata Neni, salah satu pengurus Buruan Sae RW 03 kepada IDN Times, Selasa (22/5/2021).

Kawasan Buruan Sae ini bukan baru dibangun. Tempat ini sudah disulap menjadi tempat berkegiatan masyarakat sejak era Ridwan Kamil menjadi wali kota. Namun, saat itu hanya bambu yang dipakai sebagai penyangga di atas sungai. Barulah pada pemerintahan selanjutnya, Pemkot Bandung dan BRI bekerjasama membuat tempat ini jauh lebih baik agar kegiatan masyarakat bisa semakin produktif.

Neni mengatakan, manfaat dari benih sayuran yang ditanam pun sangat terasa bagi warga sekitar khususnya yang berpenghasilan rendah, karena mereka bisa mendapatkan sayuran secara cuma-cuma. Harapannya keluarga di rumah khususnya anak-anak bisa mendapat asupan gizi baik dari sayur hasil Buruan Sae.

"Jadi suka kami gilir siapa yang dapat. Misal minggu ini siapa, minggu depan beda orang lain. Biar tidak rebutan," ungkap Neni.

Biasanya, panen bersama dilakukan setiap hari Jumat. Setelah dipanen sebagian hasil tanaman diberikan pada warga, sebagian lagi diolah untuk dijual dan uangnya masuk ke kas RW.

1. Tak sekadar tempat seremoni

Ibu-ibu RW 03 memanen berbagai sayuran hasil Buruan Sae. IDN Times/Istimewa

Pengurus Buruan Sae Padjadjaran yang lain, Kusdiana, mengatakan bahwa banyaknya varian sayuran yang ditanam hingga buah-buahan pot membuat masyarakat di sekitar RW 3 lebih tahan dalam urusan pangan. Misalnya, ketika warga membutuhkan sayuran bisa langsung memanfaatkan Buruan Sae ini.

Kemudian ketika harga cabai melambung, mereka juga bis mengambilnya secara gratis.

Selain warga RW 3 saja, warga dari rukun tetangga sekitar pun bisa memanfaatkannya karena tempat ini dibangun memang untuk kemaslahatan bersama.

Kusnandi mengajak masyarakat yang berkegiatan macam Buruan Sae atau urban farming di rumahnya masing-masing untuk mulai fokus dan tidak menjadikan kegiatan itu sebatas momen tertentu semata. Sebab, banyak manfaat yang bisa dirasakan masyarakat.

Salah satu anggota PKK RW 03, Nurul menuturkan, banyak produk yang bisa dihasilkan dari Buruan Sae ini. Salah satu yang masih menjadi primadona adalah olahan dari daun telang. Bisa ditanam dengan mudah, ibu-ibu di RW 03 bersama-sama membuat berbagai macam produk berbahan dasar daun telang.

"Kita ada camilan, teh, puding, dan makanan lain yang memang bahannya daun telang hasil ditanam di Buruan Sae dan rumah warga," kata dia.

2. Sungai tidak bau lagi setelah ada Buruan Sae

Program perbaikan sungai dan Buruan Sae di Sungai Pagarsih di Jalan Babakan Irigasi Kaler, Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung. IDN Times/Debbie Sutrisno

Terkait perubahan kondisi sungai, Nurul menyebut bahwa keberadaan Buruan Sae di kawasan ini pun menjadi titik balik persoalan sampah yang selama ini menghantui RW 03 dan RW 04.

Sebab, sebelum ada program tersebut masyarakat seenaknya membuang sampah ke sungai. Alhasil sungai menjadi hitam dan kotor. Bau menyengat pun menjadi makanan sehari-hari warga yang lalu lalang melintasi anak Sungai Cilimus tersebut.

Namun, sejak ada program ini masyarakat semakin teredukasi untuk tidak membuang sampah sembarangan ke sungai. Padahal biasanya warga juga sering membuang sampah tanpa dipilah lebih dulu, sehingga berbagai macam plastik langsung terbuang ke sungai tersebut.

Kebermanfaatan program serupa pun dirasakan Sungai Pagarsih di Jalan Babakan Irigasi Kaler, Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung. Sejak 2020, sungai di kawasan ini dibersihkan, dibeton bagian bawahnya, sehingga endapan lumpur hilang dari sungai.

Hasilnya, sungai yang awalnya bau dan diselimuti berbagai macam sampah kini berubah menjadi sungai yang bersih dan menjadi tempat baru untuk anak-anak bermain.

Sekretaris RW 4, Kelurahan Cibadak, Nanan menuturkan bahwa sejak adanya bantuan dari BRI dan Pemkot Bandung, sungai yang berada di kawasan ini jadi lebih indah. Bukan hanya membersihkan bagian sungai, tapi ada juga pembangunan tempat bermain anak, urban farming, hingga pengecetanan tembok dan besi di sekitar sungai sehingga tempat ini lebih menyenangan ketika dilalui.

"Setelah dibeton anak-anak jadi lebih sering main di sungai. Orangtua juga gak khawatir karena sungainya bersih. Airnya jernih, jadi kalau ada sesuatu kaya pecahan kaya itu bisa terlihat dan langsung dibersihkan," ujar Nanan.

Perbaikan yang dilakukan BRI di Sungai Pagarsih mencapai panjang 300 meter dan lebar dua meter. Disepanjang sungai inilah anak-anak di RW 4 kerap menghasilkan waktu pada akhir pekan dengan bermain. Mereka kerap membawa pelampung untuk meluncur di sungai.

Bukan hanya untuk hari-hari biasa, Nanan menyebut bahwa sungai yang tidak kumuh lagi kerap dipakai untuk perlombaan hari kemerdekaan.

Ibu-ibu juga sering mengadakan senam bersama karena di sekitar sungai dibangun taman lansia (lanjut usia).

Berbagai perlombaan seringkali dilakukan di sungai. Kawasan ini menjadi titik pusat kegiatan. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua tumpah ruah berada di Sungai Pagarsih.

"Memang kadang kalau airnya dari hulu kotor atau keruh ke sungai ini juga jadi tidak bisa dipakai. Kita memang ada alat untuk menyaring biar airnya jernih. Kalau pas jernih ini pasti ada saja anak-anak yang bermain di sungai," ujar Nanan.

Dengan perbaikan yang sudah dua tahun, sejumlah fasilitas seperti cat di besi pembatas mulai pudar. Nanan pun berharap ada bantuan kembali dari BRI atau Pemkot Bandung untuk mengecat atau memberikan fasilitas lain di sekitar sungai agar bisa menjadi tempat bermain anak yang aman dan nyaman.

Baca Juga: 5 Manfaat Urban Farming, Memenuhi Kebutuhan Pangan Lokal

Baca Juga: Cuan dari Sayur, Kisah Petani Urban Manfaatkan Lahan Tidur

Berita Terkini Lainnya