TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kondisi Cuaca Picu Produksi Sektor Holtikultura di Jabar Menurun 

Mungkin ini yang bikin cabai harganya makin pedas

Ilustrasi cabai (unspalash.com/Eduardo Jaeger)

Bandung, IDN Times - Sejumlah harga kebutuhan pokok termasuk produk pertanian naik. Mulai dari cabai hingga bawang harganya alami kenaikan yang cukup signifikan.

Di Jawa Barat, kondisi ini juga memicu kenaikan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), IHK Gabungan Jawa Barat yang meliputi 7 kota yaitu Kota Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi, Depok dan Tasikmalaya mengalami kenaikan dari 111,63 pada Mei 2022 menjadi 112,27 pada Juni 2022. Kondisi itu lantas berdampak pada terjadi inflasi sebesar 0,57 persen.

Kepala Bank Indonesia Jawa Barat Herawanto menuturkan, inflasi akibat kenaikan bahan kebutuhan pokok tak terlepas dari kondisi cuaca yang memengaruhi produksi sektor pertanian.

"Di dalam negeri termasuk Jawa Barat, gangguan cuaca menyebabkan produktivitas pangan khususnya hortikultura terutama terkait komoditas penyumbang inflasi, menjadi terbatas. Pada Juni 2022, Jawa Barat mencatat inflasi 0,57% (mtm) atau secara tahunan sebesar 4,41% (yoy)," ujar Herawanto melalui siaran pers Jumat (8/7/2022)

1. Pasokan pangan kian terbatas

Ilustrasi gudang beras (ANTARAFOTO/Yulius Satria Wijaya)

Menurutnya, tekanan inflasi yang telah berada di atas kisaran target ini terutama didorong oleh kelompok pangan yang harganya mudah bergejolak akibat keterbatasan pasokan khususnya cabai merah, bawang merah, cabai rawit, dan tomat.

Selain itu, terdapat tekanan inflasi dari kelompok barang/jasa yang harga/tarifnya ditetapkan pemerintah, yakni kenaikan tarif angkutan udara seiring dengan kenaikan harga avtur.

Beberapa risiko global yang perlu diwaspadai terhadapkeberlanjutan pemulihan ekonomi Jawa Barat sekaligus mengantisipasi potensi tekanan inflasi utamanya bersumber dari eskalasi tensi geopolitik Rusia Ukraina, kebijakan Zero-Covid di Tiongkok dan proteksionisme pangan yang menggangu pasokan serta percepatan kebijakan kenaikan suku bunga di negara maju yang berpotensi mendorong pelarian modal keluar dari negara berkembang.

"Berbagai faktor risiko global dan domestik yang mempengaruhi inflasi tersebut, menjadi tantangan bagi keberlanjutan pemulihan ekonomi Jawa Barat, antara lain dari potensi kenaikan biaya produksi yang membebani kesejahteraan masyarakat karena inflasi yang lebih tinggi. Sementara itu, disrupsi rantai pasokan berpotensi mempengaruhi kinerja ekspor Jawa Barat," ujar Herawanto.

2. Pertumbuhan ekonomi Jabar diprediksi hingga 5,4% pada 2022

ilustrasi anggaran ekonomi (IDN Times)

Mempertimbangan hal tersebut, BI Jabar memprediski pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2022 masih tetap berpotensi melanjutkan perbaikan, yang kami proyeksikan akan tumbuh pada rentang 4,6%-5,4% (yoy) atau lebih rendah 0,3% dari proyeksi sebelumnya.

Guna mempertahankan momentum pemulihan ekonomi di Jawa Barat tersebut, sinergi dan kolaborasi di antara seluruh stakeholders dalam hal pengendalian inflasi menjadi sangat penting.

Beberapa rekomendasi kebijakan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi sekaligus mengendalikan inflasi perlu dilakukan melalui penguatan langkah koordinatif ketahanan pangan khususnya melalui penguatan kerangka Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dengan strategi kebijakan 4K dalam menjaga ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga dan komunikasi efektif serta sinergi implementasi digitalisasi melalui kerangka Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD).

Berita Terkini Lainnya