Kondisi Cuaca Picu Produksi Sektor Holtikultura di Jabar Menurun
Mungkin ini yang bikin cabai harganya makin pedas
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Sejumlah harga kebutuhan pokok termasuk produk pertanian naik. Mulai dari cabai hingga bawang harganya alami kenaikan yang cukup signifikan.
Di Jawa Barat, kondisi ini juga memicu kenaikan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), IHK Gabungan Jawa Barat yang meliputi 7 kota yaitu Kota Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi, Depok dan Tasikmalaya mengalami kenaikan dari 111,63 pada Mei 2022 menjadi 112,27 pada Juni 2022. Kondisi itu lantas berdampak pada terjadi inflasi sebesar 0,57 persen.
Kepala Bank Indonesia Jawa Barat Herawanto menuturkan, inflasi akibat kenaikan bahan kebutuhan pokok tak terlepas dari kondisi cuaca yang memengaruhi produksi sektor pertanian.
"Di dalam negeri termasuk Jawa Barat, gangguan cuaca menyebabkan produktivitas pangan khususnya hortikultura terutama terkait komoditas penyumbang inflasi, menjadi terbatas. Pada Juni 2022, Jawa Barat mencatat inflasi 0,57% (mtm) atau secara tahunan sebesar 4,41% (yoy)," ujar Herawanto melalui siaran pers Jumat (8/7/2022)
1. Pasokan pangan kian terbatas
Menurutnya, tekanan inflasi yang telah berada di atas kisaran target ini terutama didorong oleh kelompok pangan yang harganya mudah bergejolak akibat keterbatasan pasokan khususnya cabai merah, bawang merah, cabai rawit, dan tomat.
Selain itu, terdapat tekanan inflasi dari kelompok barang/jasa yang harga/tarifnya ditetapkan pemerintah, yakni kenaikan tarif angkutan udara seiring dengan kenaikan harga avtur.
Beberapa risiko global yang perlu diwaspadai terhadapkeberlanjutan pemulihan ekonomi Jawa Barat sekaligus mengantisipasi potensi tekanan inflasi utamanya bersumber dari eskalasi tensi geopolitik Rusia Ukraina, kebijakan Zero-Covid di Tiongkok dan proteksionisme pangan yang menggangu pasokan serta percepatan kebijakan kenaikan suku bunga di negara maju yang berpotensi mendorong pelarian modal keluar dari negara berkembang.
"Berbagai faktor risiko global dan domestik yang mempengaruhi inflasi tersebut, menjadi tantangan bagi keberlanjutan pemulihan ekonomi Jawa Barat, antara lain dari potensi kenaikan biaya produksi yang membebani kesejahteraan masyarakat karena inflasi yang lebih tinggi. Sementara itu, disrupsi rantai pasokan berpotensi mempengaruhi kinerja ekspor Jawa Barat," ujar Herawanto.