TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Forum Penyelamat Pendidikan Tunanetra Adukan Kebijakan Mensos ke KSP

Mereka meminta Mensos dicopot dari jabatannya

IDN Times/Debbie Sutrisno

Bandung, IDN Times - Polemik perubahan panti sosial Wyata Guna menjadi Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensori Netra (BRSPDSN) terus berlanjut. Baru-baru ini, Forum Penyelamat Pendidikan Tunanetra mengadu ke Komnas HAM dan Kantor Staf Kepresidenan (KSP).

Ketua forum, Ahmad Basri, mengatakan, ini merupakan upaya mereka untuk mempertahankan kondisi Wyat Guna agar tidak dialihfungsikan menjadi balai. Sebab ketika panti sosial ini berubah maka diperkirakan ada puluhan penyandang disabilitas netra yang terpaksa keluar dari asrama yang selama ini dihuni.

"Tapi yang menerima bukan Kepala KSP apalagi Presiden jadi memang belum ada kepastian apa-apa," ujar Ahmad ketika dihubungi, Kamis (14/8).

1. Usaha ini penting untuk mengembalikan keutuhan Wyata Guna

IDN Times/Debbie Sutrisno

Ahmad menuturkan, dengan adanya Peraturan Menteri Sosial Nomor 18 tahun 2018, maka panti sosial Wyata Guna akan diubah menjadi balai. Sayangnya perubahan ini justru merugikan. Dia pun berupaya melakukan berbagai komunikasi agar penggunaan Wyata Guna bisa kembali ke awal di mana bisa menampung penyandang disabilitas netra.

"Karena tujuan akhir dari kebijakan in akan menghapuskan program panti. Mereka (pihak balai) sekarang sudah mulai menolak calon didik untuk menginap di panti," ujarnya.

Selain tidak menerima siswa baru, siswa yang selama ini tinggal di Panti pun tidak diberi makanan seperti biasa. Hal ini jelas akan berdampak pada kondisi anak yang bersangkutan.

2. Berdampak pada sekolah luar biasa negeri A Kota Bandung

IDN Times/Debbie Sutrisno

Menurut Ahmad, adanya kebijakan untuk membangun balai rehabilitasi terpadu bertaraf internasional, maka keberadaan sekolah luar biasa (SLB) negeri A Kota Bandung yang berdiri di komplek Wyata Guna juga bisa tergusur. Artinya bangunan ini akan hilang atau diubah menjadi bangunan untuk keperluan yang lain.

"Karena nantinya mereka (Wyata Guna) hanya melayani yang rehabilitasi saja tidak ada sekolah. Itu juga yang kita sayangkan," papar Ahmad.

Kondisi perubahan panti menjadi balai, lanjut Ahmad, juga membuat siswa dari Wyata Guna tidak nyaman untuk bersekolah. Salah satu penyebabnya karena mereka minim asupan makanan sehingga kurang konsentrasi ketika belajar.

Baca Juga: Ketika Kemerdekaan Disabilitas Netra Direnggut Kebijakan Pemerintah

Baca Juga: Penyandang Tunanetra Wyata Guna Bandung Dipastikan Terusir

Berita Terkini Lainnya