TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Di Kota Bandung Setiap Orang Hasilkan Sampah 0,6 Kilogram per Hari

Jumlah sampah di Bandung terus alami peningkatan

Ilustrasi tempat sampah (Dok.IDN Times/Istimewa)

Bandung, IDN Times - Sampah di Kota Bandung terus bertambah setiap tahunnya. Meski berbagai program dilakukan, tapi buangan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA) tidak berkurang signifikan.

Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung, satu orang di Kota Bandung diperkirakan menyumbang sampah sekitar 0,6 kg per hari.

Jika diakumulasi dengan seluruh penduduk Kota Bandung pada malam hari, maka dalam sehari sebanyak 1.500-an ton sampah diproduksi masyarakat Kota Bandung.

"Tapi di siang hari karena banyak penduduk lain yang juga kerja di Kota Bandung. Belum lagi saat akhir pekan Bandung menjadi tujuan wisata, maka sampah yang dihasilkan bisa mencapai 1.600 ton per hari," jelas Kepala DLHK Dudy Prayudi melalui siaran pers dikutip, Selasa (21/2/2023).

1. Optimalkan program Kang Pisman

IDN Times/Yogi Pasha

Untuk menangani jumlah sampah tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) sudah mengolah sekitar 300 ton per hari. Dengan demikian jumlah sampah yang masuk ke TPA Sarimukti hanya sekitar 1.200 ton hingga 1.300 ton per hari.

Berbagai upaya telah dijalankan DLKH untuk mengurai permasalahan sampah di Kota Bandung. Salah satunya dengan mengubah sistem pengelolaannya.

Dulu pengelolaan sampah masih bersifat kumpul, angkut, lalu buang. Sampah yang ada di masing-masing rumah dibuang ke tempat penampungan sementara (TPS).

Kemudian oleh petugas diangkut ke tempat penampungan akhir (TPA). Dengan sistem ini tidak menyelesaikan masalah, tapi hanya memindahkan masalah saja.

"Maka dari itu, kita ubah sistemnya menjadi Kang Pisman (kurangi, pisahkan, dan manfaatkan) ini diberlakukan di sumber sampah yakni rumah tangga. Diharapkan di sumber sampah memisahkan minimal dua yakni sampah organik dan anorganik," ungkapnya.

2. Sampah bisa ditukar jadi emas loh

Petugas Bank Sampah Resik memperlihatkan kepingan emas mini yang bisa ditukarkan dengan sampah non-organik. IDN Times/Debbie Sutrisno

Sampah-sampah organik bisa diolah menjadi kompos. Sedangkan sampah anorganik bisa dibuat kerajinan atau diberikan ke Bank Sampah. Bahkan, jika sudah terkumpul sebanyak Rp40.000 bisa ditukar dengan logam mulia mini 0,05 gram di Bank Sampah.

"Di beberapa tempat tabungannya sudah sampai puluhan juta. Nanti bisa diberikan dalam bentuk uang atau logam mulia juga,” katanya.

Namun, ia mengakui jika program ini belum berjalan serentak di seluruh wilayah Kota Bandung. Fakta di lapangan, sampah masih kerap bercampur karena belum dipilah oleh masing-masing rumah tangga.

"Mungkin karena mereka belum paham atau ingin praktisnya saja. Ini menjadi PR kita untuk bisa menyadarkan masyarakat akan pentingnya pemilahan sampah. Kita butuh peran aktif dari masyarakat. Tanpa adanya peran dari semua stakeholder, tentu sulit," akunya.

Selain Kang Pisman, upaya lain yang dilakukan Pemkot Bandung adalah mengubah TPS dari tempat penampungan sampah menjadi tempat pengolahan sampah. Ada peran Bank Sampah juga di ranah tersebut.

"Sedangkan penanganan di sumbernya, kita lakukan melalui gerakan Kang Pisman, di TPS melakukan pengolahannya. Sehingga sampah yang dikirim ke TPA itu hanya sisanya saja," ujar Dudy.

Berita Terkini Lainnya