TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cuhat Sopir Bus Terkait Larangan Mudik: Kami Perlu Makan Pak Presiden!

Belum ada program bantuan untuk para supir ini

Seorang penumpang tengah menunggu keberangkatan bus di Terminal Cicahueum, Bandung. IDN Times/Debbie Sutrisno

Bandung, IDN Times - Pemerintah Indonesia dengan tegas melarang masyarakat untuk mudik Lebaran, tahun ini. Sehingga, diprediksi pergerakan manusia ke kampung halaman tidak akan seramai tahun lalu.

Larangan mudik tahun ini tentu memiliki alasan kuat bagi pemerintah yakni menekan penyebaran virus corona jenis baru (COVID-19) yang hingga saat ini kasusnya masih terus bertambah.

Namun, di balik larangan mudik, banyak pihak akan mendapatkan imbas buruk. Salah satunya adalah para supir bus lintas kota maupun lintas provinsi.

Yadi misalnya, salah satu supir jurusan Bandung-Ciamis yang kerap mangkal di Terminal Cicaheum, tidak setuju dengan larangan tersebut. Dia menuturkan, sejak pandemik virus corona menyebar di Indonesia, penumpang setiap harinya semakin berkurang.

"Sekarang angkut penumpang sudah susah. Kalau nanti tidak ada mudik ya pasti makin dikit penumpang," ujar Yadi saat ditemui, Rabu (22/4).

1. Penghasilan kami sekarang sudah seret

IDN Times/Debbie Sutrisno

Dia mengatakan, biasanya sebelum ada pembatasan sosial minibus yang dikendarainya masih bisa mengangkut 8-10 penumpang sampai ke Ciamis. Namun sejak pemerintah semakin memperketat pergerakan masyarakat, untuk mendapat satu penumpang saja harus menunggu sampai 30 menit.

Yadi menyebut, penghasilan dia sekarang makin merosot. Terkadang hanya ada satu atau dua penumpang saja dari Terminal Cicaheum.

Penghasilan yang didapat dalam sehari paling maksimal hanya berkisar Rp30 ribu sampai Rp50 ribu. Dia pun berharap pemerintah bisa memberikan bantuan kepada para supir bus sepertinya.

"Katanya ada bantuan. Tapi sampai sekarang belum ada jentrena (kepastiannya). Ya kan saya harus kasih makan istri, anak. Tolonglah kepada presiden kami hanya butuh makan," ujarnya.

2. Tetap cari penumpang meski larangan mudik diberlakukan

IDN Times/Debbie Sutrisno

Sementara itu, salah satu sopir bus antarkota dalam provinsi (AKDP), Indra mengatakan, kondisi jumlah penumpang setiap harinya memprihatinkan. Alhasil uang yang didapat Indra dan rekannya sebagai kenek jelas turun.

Jika sebelum virus corona menyerang Indra bisa mengantungi uang sampai Rp300 ribu setiap harinya, sekarang hanya ada Rp100 ribu. Itu belum dibagi dengan kenek yang biasanya sampai dua orang.

"Jadi sekarang ya segitu aja paling ga sampai Rp50 ribu setiap hari," ujar Indra.

Meski penumpang tidak jelas jumlahnya, Indra memastikan akan tetap mengemudi bus dari Cirebon ke Bandung. Jika tidak, dia pun tak tahu harus melakukan apa untuk mencari uang demi keluarga.

3. Tak hanya sopir bus, para penjual asongan pun mengeluhkan kondisi sepinya penumpang

Jumlah bus beroperasi di Terminal Harjamukti Kota Cirebon terpantau sepi. (IDN Times/Wildan Ibnu)

Tak hanya berdampak pada penghasilan para sopir bus, penjual asongan yang selama ini mencari uang di sekitar terminal pun mengeluh. Alex, misalnya, pria yang berjualan dodol ini merasakan penumpang sudah tidak ramai sejak dua minggu terakhir.

Dia bahkan bercerita sempat tidak bisa membeli beras untuk makan keluarga, dan membuatnya mencari pinjaman uang. "Saya ingin merah kadang kesal, sedih juga. Tapi mau gimana lagi orang rumah kan tahunya kita kerja," paparnya.

Baca Juga: Masih Nekat Mudik? Siap-siap Disuruh Balik Kanan

Baca Juga: PSBB Hampir Sepekan, 2.500 Supir Angkot di Depok Belum Terima Bansos

Berita Terkini Lainnya