TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BPBD Jabar Imbau Pemda Naikan Angggaran untuk Pencegahan Bencana

Jangan tunggu bencana terjadi! Mencegah itu lebih baik

ilustrasi banjir. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Bandung, IDN Times - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat Supriyatno meminta bupati dan wali kota mengubah pola pikir manajemen kebencanaan agar lebih berorientasi pencegahan dibandingkan penanganan pascabencana. Salah satu caranya bisa dengan menaikkan anggaran untuk mencegah bencana yang mungkin terjadi di daerahnya.

Pencegahan bencana meliputi anggaran untuk penghijauan, pendidikan dan pelatihan (diklat) taruna siaga bencana (tagana), serta edukasi masyarakat melalui berbagi kampanye.

“Anggaran buat logistik sangat penting, tapi tidak kalah penting buat pencegahan bencana. Logikanya, kalau bencana dapat dicegah, otomatis biaya penanganan bencana tidak akan keluar alias dapat dihemat,” kata Supriyatno melalui siaran pers, akhir pekan kemarin.

1. Perbandingan anggaran untuk penanganan dan pencegahan terlalu tinggi

IDN Times/Debbie Sutrisno

Supriyatno melihat tren di pemerintah kabupaten/kota terkait anggaran pencegahan dan pascabenca perbedaannya terlalu lebar. Padahal pencegahan tak kalah penting di mana dengan mencegah kemungkinan terjadinya bencana maka anggaran pascabencana nantinya bisa ditekan

"Harus diseimbangkan. Mindset kita tentang bencana harus diubah,” ujarnya

2. Permintaan ini diungkapkan setelah banjir bandang di Kabupaten Bandung

ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Permintaan ini diserukan Supriyanto setelah berkaca dari banjir bandang di Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jumat (6/12) sore. Diketahui, Kertasari merupakan dataran tinggi sekitar 1.700 meter di atas permukaan laut dengan suhu minimum 12 derajat celcius.

Menurutnya, banjir di dataran tinggi biasanya bersifat bandang yang lebih berbahaya dibandingkan banjir dataran rendah. Arusnya yang deras dapat membawa material apa saja dari pegunungan seperti kayu dan sampah.

“Di Kertasari, selain ada satu SD terendam, dilaporkan dua sepeda motor dan empat unit mobil terbawa arus. Ini membahayakan,” sebut Supriyatno.

3. Kondisi lingkungan di dataran tinggi mulai rusak

ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Banjir bandang di Kertasari, lanjut Supriyanto, menandakan kondisi lingkungan di daerah sekitarnya telah rusak. Kertasari berbatasan di sebelah utara dan selatan dengan Kabupaten Garut, sebelah timur dengan Kecamatan Pacet, sementara sebelah barat dengan Kecamatan Pangalengan.

“Kita lihat bencana di dataran tinggi seperti Kertasari dan Pangalengan mulai sering terjadi akhir- akhir ini. Kita tidak boleh menutup mata bahwa alam semakin dirusak yang namanya pembangunan. Jangan sampai benteng terakhir Jabar ini akhirnya jebol juga,” kata Supriyatno.

Kolaborasi pun harus dilakukan. Supriyatno mencontohkan, upaya pencegahan bencana yang dapat jadi contoh adalah pemulihan DAS Citarum wilayah Kawasan Bandung Utara (KBU), Caringin Tilu.

Acara ini melibatkan BNPB, Pemprov Jabar, Bupati/Wali Kota Bandung Raya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang dikemas dengan pendekatan budaya melibatkan seniman dan budayawan Jawa Barat. Rencananya akan ada penanaman bibit pohon produktif dan peresmian e-Tanam.

“Pencegahan bencana yang seperti ini yang harus direplikasi di kabupaten/kota lainnya,” kata Supriyatno.

Baca Juga: Hujan Deras Akibatkan Banjir dan Pohon Tumbang di Cimahi

Baca Juga: Tiga Pencari Ikan Terseret Arus Banjir Bandang di Kawasan Curug Malela

Berita Terkini Lainnya