TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bertambah, Korban Asusila Santriwati di Bandung Jadi 21 Orang

Bejat sekali guru agama ini

Ilustrasi pelecehan terhadap perempuan (IDN Times/Sukma Shakti)

Bandung, IDN Times - Korban pemerkosaan dan rudapaksa yang dilakukan guru agama di Kota Bandung ternyata sebanyak 21 orang. Hal itu diketahui dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Garut yang melakukan pendampingan terhadap 11 korban santriwati asal Garut.

Ketua P2TP2A Kabupaten Garut Diah Kurniasari mengatakan, korban tindak asusila oleh guru di Bandung bukan hanya warga Garut saja, melainkan ada dari daerah lain. Dilaporkan ada 21 orang, dengan kondisi ada yang hamil maupun sudah melahirkan.

"Mereka sudah dalam pendampingan kami, sekarang mereka sudah dengan orang tuanya," kata Ketua P2TP2A Kabupaten Garut Diah Kurniasari saat jumpa pers di Garut, Kamis (9/12/2021) malam, dikutip dari ANTARA. 

1. Ada 8 santriwati yang sudah melahirkan

Ilustrasi pemerkosaan (IDN Times/Mardya Shakti)

Khusus korban asal Garut, kata dia, yang sudah melahirkan sebanyak delapan orang, semuanya tinggal dengan orang tuanya berikut mendapatkan pendampingan dari tim P2TP2A Garut.

"Kami sudah beberapa kali datang melakukan pendampingan, apabila ada yang tidak sanggup mengurusnya kami coba menawarkan untuk dirawat oleh kami," katanya.

Ia mengungkapkan kasus tersebut berhasil terungkap setelah adanya orang tua korban melaporkannya ke polisi, kemudian diproses hingga pelakunya diadili.

"Hingga saat ini, upaya pendampingan masih terus berjalan berupa pendampingan korban dalam menghadapi persidangan," katanya.

2. Korban dibantu agar bisa kembali mendapat pendidikan

Ilustrasi sekolah tatap muka di tengah pandemi COVID-19 (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

Dia menyampaikan selain melakukan pendampingan kesehatan dan hukum, pihaknya berusaha membantu korban yang masih usia sekolah untuk bisa kembali sekolah maupun melanjutkan kuliah.

Selama itu, lanjut dia, tim dari P2TP2A Garut akan terus menjalin komunikasi dengan orang tua korban dan memantau langsung setiap perkembangan korban.

"Meski para korban telah kembali ke rumahnya masing-masing dan tinggal bersama orang tuanya, pemantauan para korban terus dilalukan lewat komunikasi dengan orang tua korban dan korban," kata Diah.

Baca Juga: Fakta Kasus Perkosaan 12 Santriwati di Bandung, Terjadi 2016 Terendus 2021 

Berita Terkini Lainnya