TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Upacara Adat Kampung Cirendeu Ditutup Doa Dari Berbagai Agama

Upacara Adat Peringati Tutup Tahun 1952 Saka Sunda

IDN Times/Bagus F

Bandung, IDN Times - Masyarakat Kampung Adat Cirendeu menggelar upacara adat untuk memperingati tutup Taun 1952 Ngemban Taun 1953 1 Sura Tahun Saka Sunda' di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Sabtu (28/9).

Upacara adat dibuka dengan penampilan seni asli Cirendeu dan pameran hasil bumi masyarakat adat yang ditumpuk menggunung. Ada pula hasil tani yang dibentuk mirip naga yang melambangkan kekayaan pangan negara Indonesia.

Dari pantauan, hadir pula Wali Kota Cimahi, Ajay M. Priatna, para sesepuh Kampung Adat, dan para pemuka agama.

1. Para pemuka agama berdoa bersama

IDN Times/Bagus F

Wakil sesepuh Kampung Adat Cirendeu, Abah Widi mengatakan, upacara adat kali ini ditutup dengan doa bersama dari masing-masing agama.

"Ada doa bersama dari berbagai agama. Karena kita punya Bhineka Tunggal Ika. Keragaman keindahan harus kita jaga," kata Abah Widi di lokasi upacara.

Doa bersama tersebut, kata Abah Widi, melambangkan persatuan antaragama yang saling mendoakan. Selain itu, menjaga keutuhan negara yang di dalamnya hidup berbagai agama.

Para pemuka agama melantunkan doa menggunakan pengeras suara. Masing-masing pemuka agama pun berdoa dengan keyakinan masing-masing. Doa tersebut berisi harapan agar negara Indonesia tetap damai dan meningkat kesejahteraan rakyatnya.

"Ada dari Konghucu, Hindu, Kristen, Muslim dan termasuk dari kampung adat sendiri yakni Sunda
Wiwitan," paparnya.

2. Hasil bumi masyarakat adat dipamerkan

IDN Times/Bagus F

Hasil bumi yang dipamerkan kepada pengunjung berisi buah-buahan dan umbi-umbian. Hasil bumi tersebut hanya boleh dinikmati setelah seluruh rangkaian acara selesai.

Menurut Abah Widi, mayoritas profesi masyarakat Kampung Adat Cirendeu adalah petani. Hasil tani tersebut kemudian dipersembahkan untuk gelaran upacara adat.

"Ini semua dari hasil bumi masyarakat Cirendeu. Karena memang masyarakat Cirendeu mayoritas berprofesi sebagai petani. Hasil tani ini dipersembahkan untuk saling berbagi rasa," sebutnya.

3. Masyarakat adat Cirendeu sudah 101 tahun tidak makan nasi

IDN Times/Bagus F

Abah Widi mengatakan, masyarakat Kampung Adat Cirendeu berhenti mengonsumsi nasi sejak tahun 1918 masehi. Hingga 2019, terhitung masyarakat Kampung Adat sudah tidak makan nasi selama 101 tahun.

Abah Widi menyebut, masyarakat Kampung Adat Cirendeu semakin bertambah tahun semakin berkurang populasinya. Dia mencatat, populasi masyarakat adat Cirendeu saat ini sekitar 60 keluarga--yang seluruhnya tidak memakan nasi.

"Jangankan nasi atau berasnya langsung, kalau mau makan di luar pun kita harus bertanya makanan ini terbuat dari apa. Kalau dibikin dari beras kita tak makan," paparnya.

Makanan pokok sehari-hari kata Abah, yakni umbi-umbian. Termasuk Singkong yang menjadi makanan pokok pengganti nasi.

"Singkong menjadi hasil pertanian yang bisa diolah menjadi berbagai jenis makanan, ada kue, keripik, dendeng dari kulit singkong," tutupnya.

Berita Terkini Lainnya