TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tradisi Warga KBB Menguburkan Jenazah di Halaman Rumah Kian Terancam

Warga Ngamprah menjalankan tradisi itu sejak awal abad 20

Warga Kampung Cikupa tengah membersihkan makam keluarga di pekarangan rumahnya. (IDN Times/Bagus F)

Bandung Barat, IDN Times - Kehormatan kepada leluhur dapat dinilai dari bagaimana para keturunan merawat pusara para orangtuanya. Hal itulah yang menjadi prinsip warga Kampung Cikupa, Desa Cilame, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Bagi sebagian orang, pusara selalu dikaitkan dengan kesan angker, horor bahkan dianggap rumah bagi para hantu. Tidak sedikit mitos tentang tempat pemakaman umum santer dikaitkan dengan sosok menyeramkan.

Mitos tersebut seolah ditampik oleh tradisi turun temurun warga Kampung Cikupa. Sejak akhir abad 19 atau sekitar awal abad 20, warga di Kampung Cikupa secara turun temurun selalu menggunakan pekarangan dekat rumah mereka sebagai penyemayaman terakhir anggota keluarga mereka.

1. Warga enggan kuburkan jenazah kerabatnya di pemakaman umum

Warga Kampung Cikupa tengah membersihkan makam keluarga di pekarangan rumahnya. (IDN Times/Bagus F)

Engkon Ukon (57 tahun), merupakan salah satu warga Kampung Cikupa sekaligus Ketua RW setempat yang masih menjalankan tradisi turun temurun itu. Di pekarangannya, terlihat ada sejumlah makam yang berjajar di samping kanan rumahnya. Engkon menjelaskan, makam itu merupakan makam orangtua serta para pendahulunya.

"Mungkin sudah lima generasi sampai hari ini. Di kampung ini bukan tidak ada pemakaman umum, tapi memang warga secara turun-temurun memiliki tradisi menguburkan orangtuanya di pekarangan pribadi," kata Engkon saat ditemui, Minggu (21/11/2020).

Engkon tidak sendiri, sedikitnya sebagian besar warga di lima RW di Desa Cilame yang masih mempertahankan tradisi ini. Engkon menyebutkan, lima RW yang masih menjalankan tradisi tersebut yakni RW 8, RW 14, RW 15, RW 16 dan RW 17 Desa Cilame.

2. Agar makam orang tua lebih terawat dan paham garis keturunan

Warga Kampung Cikupa tengah membersihkan makam keluarga di pekarangan rumahnya. (IDN Times/Bagus F)

Tradisi memakamkan jenazah keluarga di pekarangan sekitar rumah ini memiliki alasan yang cukup masuk akal. Menurut Engkon, pusara yang berada di sekitar rumah bakal lebih terawat dibandung pusara di tempat pemakaman umum (TPU).

Di sisi lain, makam keluarga yang berada di sekitar rumah membuat perasaan keluarga selalu dekat dengan leluhurnya. "Keturunan juga jadi tahu kakek neneknya siapa. Makamnya juga akan lebih terawat. Kalau di TPU kan banyak rumput liar," ujar Engkon.

3. Wasiat untuk minta lokasi penguburan dilakukan turun temurun

Warga Kampung Cikupa tengah membersihkan makam keluarga di pekarangan rumahnya. (IDN Times/Bagus F)

Biasanya, lanjut Engkon, warga yang masih hidup akan berpesan kepada anak atau keluarganya agar lokasi pemakaman ditempatkan tak jauh dari kediaman keluarga. Meskipun pesan itu terkesan masih tabu, menurut Engkon hal itu sudah lumrah dilakuan warga Kampung Cikupa.

"Ayah saya pas masih hidup juga berpesan dan meminta dikuburkan di sini. Saya pun ke anak saya juga akan begitu," tutur Engkon.

Berita Terkini Lainnya