5 Rumah Rancangan Soekarno di Bandung, Ada yang Disegel Satpol PP
Rancangan Soekarno selalu disertai nilai kenusantaraan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Berbicara tentang Presiden Soekarno, tentunya tidak hanya soal kemerdekaan Indonesia saja. Bapak Bangsa atau the founding fathers Indonesia yang satu ini memiliki latar belakang yang kental dengan dunia arsitektur.
Soekarno merupakan siswa Hoogeschool de Bandoeng atau saat ini bermana ITB. Ia masuk jurusan Teknik Sipil dan dinyatakan lulus pada 1926. Soekarno tercata sempat mendirikan biro asitektur sebanyak dua kali, pertama ia dirikan bersama Ir. Anwari dan kemudian Ir. Rooseno. Saat itu, Soekarno juga sudah memiliki gelar Insinyur (Ir).
Gatot Gunawan, Pemerhati sejarah dari Kota Bandung mengatakan, setiap arsitektur rumah atau bangunan garapan Soekarno tentunya memiliki ciri khas dan nilai filosofi yang dalam. Hal itu dapat dilihat dari beberapa rumah yang saat ini masih berdiri kokoh.
"Ciri khas arsitek Sukarno, pertama, puncakanya seperti ada gada dan senjata yang dipakai Bima, seperti masjid tempo dulu bisa dibilang kayak momolo dan disimbolkan keteguhan keperkasaan."
"Bisa dibilang seperti menyusupi nilai ke-Nusantara-an pada warga Belanda, yang menggunakan jasanya. Meskipun tidak dijelaskan secara rinci maksud itu, namun terselip di balik ikon tersebut," kata Gatot.
Lalu bagaimana saja bentuknya? berikut lima rumah rancangan Presiden Soekarno di Kota Bandung:
1. Dua Rumah Kembar di Jalan Gatot Subroto
Salah satu karya yang kini masih bertahan peninggalan Sukarno yakni Rumah Kembar yang berada di Jalan Gatot Subroto nomor 54 dan 56. Bangunan tersebut berdiri di antara perempatan menuju wilayah Palasari, Kota Bandung.
Bangunan itu sempat berpolemik lantaran pemilik bangunan melakukan perombakan tanpa izin Tim Ahli Cagar Budaya (TACB). Akhirnya, pada 2018, Pemerintah Kota Bandung menyegel dan menutup sementara bangunan tersebut.
Sedangkan bangunan kedua bernomor 54, dalam kondisi telah direnovasi dan tidak terlihat kondisi di dalamnya. Harastuti menjelaskan, bangunan nomor 54 sempat berpolemik lantaran pemilik bangunan hendak mengubah menjadi rumah tinggal.
Perombakan sudah dilakukan pada genteng, kontruksi atap, dan lain-lain. Selain itu, momolo atau hiasan atap yang menjadi ciri khas arsitek Sukarno juga telah dilepas.
Sepengetahuan Harastuti, fungsi bangunan kembar tersebut awalnya ada yang dijadikan asrama dan bangunan satunya lagi sebagai tempat tinggal.
Baca Juga: 10 Quotes Soekarno yang Membara, daripada Makan Bestik Tapi Budak
Baca Juga: Profil Rachmawati Soekarnoputri, Anak Ketiga dari Presiden Soekarno