Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Apindo Kumpulkan Pengusaha di Bandung, Cari Solusi untuk Perekonomian

IMG_3571.JPG
Ketua Umum Apindo, Shinta W Kamdani (tengah). IDN Times/Istimewa
Intinya sih...
  • Tekanan global ikut membayangi
    • Realisasi investasi Triwulan II 2025 meningkat mencapai Rp477,7 triliun, ciptakan 1,2 juta lapangan kerja.
    • Ketegangan geopolitik dan fluktuasi harga energi menjadi tantangan eksternal bagi dunia usaha Indonesia.
    • Cegah PHK dan dorong daya saing
      • Apindo usulkan kebijakan pembebasan PPN jasa subkontrak dan penghapusan bea masuk bahan baku untuk menyelamatkan sektor industri padat karya.
      • Pembebasan PPN jasa subkontrak, percepatan restitusi, hingga subsidi energi menjadi usulan

Bandung, IDN Times - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai dunia usaha nasional sekarang berada dalam kondisi sangat menantang. Mulai dari tekanan ekonomi domestik yang melemah, ketidakpastian arah kebijakan, hingga gejolak eksternal. Untuk membahas hasl tersebut, Apindo bakal mengumpulkan seluruh anggotanya di Bandung dalam Rapat Kerja dan Konsultasi Nasional (Rakerkonas) 4–6 Agustus 2025.

Apindo melihat dunia usaha tetap menunjukkan harapan dan mendorong upaya penciptaan kerja. “Dunia usaha nasional saat ini sedang menghadapi tantangan serius dan tidak mudah,” ujar Ketua Umum Apindo, Shinta W Kamdani dalam rilisnya, Selasa (29/7/2025).

Stimulus Minim Data pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I 2025 menunjukkan angka yang mengkhawatirkan, hanya 4,87 persen. Motor utama ekonomi, yaitu konsumsi rumah tangga, hanya tumbuh 4,89 persen. Di saat bersamaan, belanja pemerintah justru mengalami kontraksi, menghilangkan stimulus penting untuk pemulihan. Sektor industri juga tertekan. Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur berada di bawah 50 selama tiga bulan berturut-turut, mencerminkan kondisi kontraksi yang belum berbalik arah.

“Untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045 dengan pertumbuhan rata-rata 8 persen, dibutuhkan lompatan besar melalui reformasi struktural, peningkatan kualitas SDM, deregulasi nyata, dan ekosistem usaha yang adil,” ujar Shinta.

1. Tekanan global ikut membayangi

Ilustrasi perekonomian ditambahkan dengan nuansa biru (Pexels)
Ilustrasi perekonomian ditambahkan dengan nuansa biru (Pexels)

Selain tekanan domestik, dunia usaha Indonesia juga dihadapkan pada tantangan eksternal seperti ketegangan geopolitik, fluktuasi harga energi, dan kebijakan tarif resiprokal dari Amerika Serikat terhadap produk ekspor Indonesia. Namun di tengah tantangan, secercah harapan muncul.

Realisasi investasi pada Triwulan II 2025 mencapai Rp477,7 triliun, meningkat dari Rp465,2 triliun pada Triwulan I. Investasi tersebut berhasil menciptakan lebih dari 1,2 juta lapangan kerja.

2. Cegah PHK dan dorong daya saing

Ilustrasi Pengangguran akibat terkena PHK (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi Pengangguran akibat terkena PHK (IDN Times/Arief Rahmat)

Apindo mengusulkan sejumlah kebijakan untuk menyelamatkan sektor industri, terutama yang padat karya. Usulan tersebut antara lain pembebasan PPN jasa subkontrak, percepatan restitusi, penghapusan bea masuk bahan baku, hingga subsidi energi.

“Industri padat karya kita tengah berada di persimpangan jalan. Jika tidak diberi perlindungan dan insentif yang cukup, maka kita berpotensi kehilangan sektor yang selama ini menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar,” tegas Shinta.

3. Kolaborasi jadi kunci menuju Indonesia Emas

Indonesia Emas atau Cemas
Indonesia Emas atau Cemas

Dengan tema “Dengan Semangat Indonesia Incorporated Menuju Indonesia Emas 2045”, Rakerkonas ke-34 diharapkan menjadi ruang konsolidasi antara pelaku usaha dan pemerintah pusat hingga daerah. Shinta menyebut bahwa dunia usaha tidak bisa hanya menjadi pelaksana kebijakan.

“Kita harus menjadi mitra aktif pemerintah dalam menyelesaikan tantangan nasional. Inilah semangat Indonesia Incorporated yang terus kami dorong,” ujarnya.

Penyelenggaraan Rakerkonas di luar Jakarta menjadi upaya menjangkau pelaku usaha daerah yang kerap menghadapi tantangan struktural.

“Kami melihat tantangan di daerah itu nyata dan mendalam, seperti biaya logistik tinggi, perizinan yang sentralistis, dan praktik premanisme. Rakerkonas harus jadi ruang di mana suara daerah bukan hanya didengar, tapi direspons,” kata Ketua SC Rakerkonas Apindo XXXIV, Anthony Hilman.

Share
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us