Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cara Menjadi Pendengar yang Baik dalam Percakapan Sehari-hari

ilustrasi ngobrol (pexels.com/ Ivan Samkov)
ilustrasi ngobrol (pexels.com/ Ivan Samkov)
Intinya sih...
  • Hadir sepenuhnya, bukan sekadar diam mendengar. Simpan ponsel, hentikan multitasking, dan fokus pada lawan bicara.
  • Dengarkan untuk memahami, bukan untuk membalas. Jangan buru-buru menyela, mengoreksi, atau memberi solusi jika belum diminta.
  • Tunjukkan respons yang tulus dan relevan. Mengangguk, mengulang poin penting, atau bertanya secara singkat untuk klarifikasi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di tengah budaya serba cepat dan penuh distraksi, kemampuan mendengarkan sering kali terabaikan. Padahal, jadi pendengar yang baik bukan cuma soal sopan santun, tapi juga kunci membangun hubungan yang sehat—baik dengan pasangan, teman, rekan kerja, maupun keluarga.

Mendengarkan dengan sungguh-sungguh membantu kita memahami orang lain lebih dalam, menghindari salah paham, dan menciptakan komunikasi yang lebih bermakna. Kabar baiknya, kemampuan ini bisa dilatih oleh siapa saja.

Berikut tiga cara sederhana untuk menjadi pendengar yang lebih baik dalam percakapan sehari-hari. 

1. Hadir sepenuhnya, bukan sekadar diam mendengar

ilustrasi ayah dan anak mengobrol (pexels.com/Kindel Media)
ilustrasi ayah dan anak mengobrol (pexels.com/Kindel Media)

Menjadi pendengar yang baik berarti benar-benar hadir dalam percakapan. Artinya, simpan ponsel, hentikan multitasking, dan fokus pada lawan bicara.

Kontak mata dan bahasa tubuh terbuka bisa menunjukkan bahwa kamu benar-benar memperhatikan.

Sering kali, orang hanya menunggu giliran bicara tanpa benar-benar mendengarkan. Padahal, perhatian penuh membuat lawan bicara merasa dihargai dan lebih nyaman untuk terbuka.

2. Dengarkan untuk memahami, bukan untuk membalas

ilustrasi cowok ngobrol dengan teman (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi cowok ngobrol dengan teman (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Alih-alih langsung menyiapkan jawaban di kepala, cobalah mendengarkan dengan tujuan memahami sudut pandang orang lain. Jangan buru-buru menyela, mengoreksi, atau memberi solusi jika belum diminta.

Kadang, yang dibutuhkan seseorang hanyalah didengarkan—bukan dinasihati. Dengan memberi ruang, percakapan bisa terasa lebih aman dan jujur.

3. Tunjukkan respons yang tulus dan relevan

Ilustrasi dua wanita sedang mengobrol (pexels.com/alexander-suhorucov)
Ilustrasi dua wanita sedang mengobrol (pexels.com/alexander-suhorucov)

Menjadi pendengar aktif juga berarti memberi respons yang menunjukkan kamu memahami isi pembicaraan. Bisa dengan mengangguk, mengulang poin penting, atau bertanya secara singkat untuk klarifikasi.

Respons sederhana seperti “aku paham” atau “kedengarannya berat, ya” bisa berdampak besar. Hal ini membuat lawan bicara merasa dimengerti, bukan dihakimi.

Dengan melatih kebiasaan-kebiasaan kecil ini, kamu bisa menjadi pendengar yang lebih baik dan membangun hubungan yang lebih sehat. Ingat, komunikasi yang baik selalu dimulai dari kemampuan mendengarkan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us

Latest Life Jawa Barat

See More

Cara Mengatur Waktu agar Kerja dan Hidup Tetap Seimbang

17 Des 2025, 12:00 WIBLife