Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Tanda bahwa Anak Sudah Terpapar Hal Negatif saat Bermain Game

ilustrasi bermain game (freepik.com/eyeem
ilustrasi bermain game (freepik.com/eyeem
Intinya sih...
  • Perilaku agresif dan kurang empati muncul akibat paparan game kekerasan
  • Perubahan gaya bicara menjadi kasar menandakan pengaruh lingkungan chat negatif
  • Ketergantungan pada game membuat anak lalai pada kewajiban lain dan suka meniru perilaku dari game
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dunia game memang menawarkan hiburan seru dan pengalaman imersif yang sulit ditolak oleh anak-anak. Namun, di balik keseruannya, terdapat potensi paparan hal negatif yang bisa berdampak buruk terhadap perilaku dan perkembangan emosional. Anak yang terlalu bebas dalam bermain game tanpa pendampingan sering kali terpapar konten yang tidak sesuai usia atau lingkungan online yang kurang sehat. Hal ini dapat memicu perubahan sikap yang muncul secara perlahan tanpa disadari.

Memahami tanda-tanda bahwa anak mulai terpengaruh hal negatif saat bermain game sangat penting agar langkah pencegahan dapat dilakukan lebih awal. Perubahan kecil pada rutinitas, perilaku, atau cara berbicara bisa menjadi petunjuk jelas bahwa permainan yang dimainkan mengandung unsur kurang sehat. Lima tanda berikut sebaiknya diantisipasi karena bisa berakibat buruk untuk pengembangan karakter anak:

1. Munculnya perilaku agresif

ilustrasi anak marah (pexels.com/rdne)
ilustrasi anak marah (pexels.com/rdne)

Anak yang terpapar konten game penuh kekerasan atau lingkungan kompetitif berlebihan sering menunjukkan perilaku agresif di kehidupan sehari-hari. Ledakan emosi kecil, seperti membentak atau marah tanpa alasan jelas, dapat menjadi sinyal bahwa permainan mulai memengaruhi pola respons emosional. Ketika adegan kekerasan dianggap normal dalam game, batasan antara fantasi dan dunia nyata menjadi kabur. Hal ini membuat anak lebih mudah mengekspresikan kemarahan secara impulsif.

Perkembangan empati juga bisa menurun. Anak mungkin mulai menertawakan kekalahan teman, mengejek, atau menunjukkan sikap menang-menangan yang berlebihan. Ketidakseimbangan emosi seperti ini sering muncul karena permainan yang menonjolkan kekuatan, dominasi, atau eliminasi lawan tanpa memikirkan perasaan orang lain. Jika dibiarkan terlalu lama, pola ini dapat menjadi kebiasaan yang terbawa ke hubungan sosial di luar game.

2. Jadi lebih sering mengucapkan kalimat kasar

ilustrasi anak marah (pexels.com/rdne)
ilustrasi anak marah (pexels.com/rdne)

Lingkungan game online sering kali penuh dengan kata-kata kasar, hinaan, atau komentar toxic. Anak yang terlalu sering mendengar atau membaca kalimat tersebut dapat menirunya tanpa sepenuhnya memahami makna atau dampaknya. Perubahan gaya bicara seperti mulai berkata kasar, mengejek, atau menggunakan istilah tidak pantas menjadi salah satu tanda jelas bahwa anak telah terpapar lingkungan chat yang negatif. Pola bicara ini biasanya muncul tiba-tiba dan menjadi kebiasaan dalam waktu singkat.

Anak juga dapat merasa bahwa berkata kasar adalah hal normal karena hal itu sering terjadi di game favoritnya. Normalisasi bahasa toxic membuat anak kesulitan membedakan sopan santun dalam komunikasi sehari-hari. Kondisi ini dapat memengaruhi hubungan dengan teman sebaya, keluarga, dan guru. Jika tidak diarahkan dengan benar, pola bicara seperti ini dapat merusak perkembangan karakter serta kemampuan sosial anak.

3. Jadi lalai pada kewajibannya yang lain

ilustrasi bermain game (freepik.com/eyeem
ilustrasi bermain game (freepik.com/eyeem

Ketika anak mulai kecanduan game, tanda-tanda seperti menunda pekerjaan sekolah atau malas melakukan aktivitas lain akan terlihat jelas. Ketergantungan pada game dapat muncul akibat reward instan, tantangan berulang, atau fitur kompetitif yang memancing rasa penasaran terus-menerus. Rutinitas harian seperti mandi, makan, atau tidur bisa menjadi berantakan karena fokus hanya tertuju pada permainan. K

Anak juga bisa menunjukkan kegelisahan ketika tidak bisa bermain game. Perilaku seperti marah, gelisah, atau tidak bisa diam menjadi indikasi bahwa game memiliki pengaruh kuat terhadap kestabilan emosionalnya. Ketergantungan berlebihan seperti ini bukan hanya berdampak pada prestasi sekolah, tetapi juga kesehatan mental dan fisik. Pola hidup yang tidak seimbang membuat anak sulit mengontrol diri saat menghadapi batasan bermain.

4. Jadi suka meniru apa yang dia mainkan di game

ilustrasi anak bermain game (pexels.com/tima)
ilustrasi anak bermain game (pexels.com/tima)

Game yang menampilkan karakter dengan sikap kasar, pakaian tidak sopan, atau perilaku ekstrem dapat menginspirasi anak untuk menirunya. Anak cenderung cepat menyerap hal-hal baru yang dianggap keren atau menarik, termasuk dari dunia game. Peniruan ini bisa berbentuk cara berbicara, cara berjalan, atau gerakan khas karakter tertentu. Meski sekilas tampak lucu, perubahan ini bisa menjadi tanda bahwa anak mulai kehilangan batas antara karakter fiksi dan identitas diri.

Anak mungkin mulai tertarik dengan tema atau konten dewasa yang sebenarnya tidak sesuai usianya. Hal ini bisa terlihat dari gambar yang dicari, video yang ditonton, atau topik pembicaraan yang muncul setelah bermain game. Ketika rasa penasaran meningkat, anak bisa masuk ke lingkaran konten yang semakin tidak sehat. Jika tidak diarahkan, pola ini berpotensi mengganggu perkembangan moral dan emosional.

5. Jadi lebih tertutup dan sulit diajak bicara

ilustrasi bermain game (pexels.com/cottonbrostudio)
ilustrasi bermain game (pexels.com/cottonbrostudio)

Anak yang terpapar hal negatif dalam game sering merasa sulit menceritakan pengalaman bermainnya. Rasa takut dimarahi atau ketakutan lain membuat anak menjadi lebih tertutup dan memilih menyimpan semuanya sendiri. Dampaknya, hubungan dengan keluarga atau lingkungan sekitar menjadi renggang. Anak lebih memilih menghabiskan waktu di kamar sambil bermain game daripada berinteraksi secara langsung.

Selain menjadi tertutup, anak juga bisa menunjukkan perubahan suasana hati yang tidak stabil. Tiba-tiba sedih, murung, atau mudah tersinggung dapat menjadi tanda bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Lingkungan game yang toxic, perundungan online, atau kekalahan berulang bisa menjadi pemicu terselubung.

Perubahan perilaku anak saat bermain game bukan terjadi begitu saja. Setiap tanda kecil merupakan sinyal yang menunjukkan bahwa permainan mulai membawa pengaruh negatif. Mengamati pola-pola ini membantu pendamping mengambil langkah yang tepat sebelum dampaknya semakin besar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us

Latest Life Jawa Barat

See More

5 Trik Menghilangkan Bau Apek di Lemari Pakaian Tanpa Kapur Barus

16 Nov 2025, 17:00 WIBLife