Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Mitos Disleksia Ini Bikin Salah Paham, Orang Tua Wajib Tahu!

ilustrasi anak membaca
ilustrasi anak membaca (pexels.com/Mikhail Nilov)
Intinya sih...
  • Disleksia bukan hanya tentang membalik huruf, tapi juga kesulitan memproses bunyi kata dan membaca lambat.
  • Anak disleksia tidak bodoh, mereka memiliki kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata, butuh metode belajar yang berbeda.
  • Disleksia bukan penyakit yang bisa sembuh, tapi dapat diatasi dengan intervensi tepat dan memengaruhi banyak keterampilan lainnya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Halo Parents Kekinian! Siapa di sini yang pernah dengar kalau anak disleksia itu pasti malas, bodoh, atau cuma tukar-tukar huruf doang? Stop right there! Di era serba cepat ini, mindset lama kayak gitu wajib banget kita cut.

Disleksia itu bukan penyakit, bukan tanda malas, dan sama sekali nggak ada hubungannya dengan tingkat kecerdasan! Ini adalah gangguan belajar yang berkaitan dengan pemrosesan bahasa di otak. Intinya, otak mereka memproses informasi tulisan dengan cara yang berbeda.

Nah, daripada bingung dan salah treatment ke si kecil, yuk kita bongkar lima mitos paling viral tentang disleksia beserta fakta yang sebenarnya!

1. Disleksia Cuma Ditandai Anak Membalik Huruf

ilustrasi anak belajar alfabet
ilustrasi anak belajar alfabet (pexels.com/Cottonbro Studio)

Kenapa Ini Salah Kaprah? Ini mitos yang paling sering kita dengar, dan paling bikin bingung. Memang, beberapa anak disleksia sering melakukan mirror writing atau membalik huruf. Tapi, membalik huruf dan angka itu adalah hal yang sangat normal terjadi pada anak-anak usia prasekolah sampai awal SD sekitar usia 7 tahun saat mereka baru belajar menulis. Otak mereka masih beradaptasi dengan konsep arah.

Fakta yang perlu kamu tahu! Disleksia jauh lebih kompleks dari sekadar tukar huruf. Masalah utamanya ada di kesadaran fonologis. Artinya, kesulitan mengenali, memproses, dan memanipulasi bunyi-bunyi dasar dalam bahasa.

Tanda-tanda disleksia yang sebenarnya. Pertama, kesulitan membedakan bunyi kata yang mirip misalnya, "palu" dan "paku". kedua, terlambat bicara atau lama mempelajari kosa kata baru. Ketiga, kesulitan menghafal urutan nama hari, bulan, alfabet. ketiga, sulit mengeja, bahkan kata-kata sederhana. keempat, membaca sangat lambat dan sering melompati kata/baris. Intinya, jangan langsung judge anak disleksia hanya karena dia sering salah tulis 'b' dan 'd'. Fokus pada kesulitan memproses bunyi kata.

2. Anak Disleksia Itu Bodoh atau IQ-nya Rendah

ilustrasi anak mengerjakan soal
ilustrasi anak mengerjakan soal (pexels.com/MART PRODUCTION)

Mitos ini yang paling menyakitkan bagi anak dan Parents. Banyak orang tua frustrasi karena anak mereka pintar banget dalam hal lain seperti merakit lego, olahraga, atau bercerita, tapi 'lemah' di pelajaran membaca/menulis. Lalu, orang lain bahkan guru sering melabeli mereka 'kurang pintar'.

Fakta yang perlu kamu tahu disleksia "tidak ada" hubungannya dengan tingkat kecerdasan. Sebagian besar anak disleksia memiliki kecerdasan rata-rata, bahkan di atas rata-rata IQ normal atau tinggi! Mereka kesulitan di area bahasa tertulis karena perbedaan struktur dan fungsi otak di bagian pemrosesan bahasa. Otak mereka hanya butuh jalur belajar yang berbeda, yaitu metode multisensori atau melibatkan penglihatan, pendengaran, sentuhan, dan gerakan secara bersamaan, bukan sekadar menghafal buku.

kalo kalian perhatikan justru tokoh-tokoh sukses dunia seperti Albert Einstein, Walt Disney, dan Tom Cruise diduga kuat memiliki disleksia. Mereka membuktikan bahwa disleksia adalah hambatan belajar, bukan hambatan potensi!

3. Kalau Anak Berusaha Lebih Keras Disleksia Akan Sembuh

ilustrasi anak duduk di perpustakaan
ilustrasi anak duduk di perpustakaan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Mitos ini sering membuat anak stres karena dipaksa les baca-tulis berjam-jam tanpa hasil memuaskan. Ortu berpikir, "Dia kurang tekun, coba suruh dia baca 10 buku lagi!" Padahal, ini sama saja menyuruh orang yang kakinya patah untuk lari maraton. Mereka sudah berusaha sangat keras, bahkan lebih keras dari teman-temannya!

Fakta yang perlu kamu tahu disleksia adalah kondisi seumur hidup bukan sesuatu yang bisa disembuhkan. Kenapa? Karena ini melibatkan perbedaan cara kerja otak, bukan masalah kurang belajar.

Intervensi yang tepat, seperti terapi membaca yang sistematis dan terstruktur sering disebut Structured Literacy atau metode Orton-Gillingham, akan membantu anak belajar mengkompensasi dan mengatasi kesulitannya.

4. Disleksia Cuma Masalah Baca-Tulis, Sisanya Aman!

ilustrasi anak menulis
ilustrasi anak menulis (pexels.com/CDC)

Kebanyakan orang hanya fokus pada kesulitan membaca. Padahal, karena akar masalahnya adalah pemrosesan bahasa, disleksia bisa spill over ke banyak area lain.

Fakta yang perlu kamu tahu! Disleksia dapat memengaruhi banyak keterampilan lain, seperti matematika mereka kesulitan memahami soal cerita, urutan langkah-langkah, atau mengingat tabel perkalian. Koordinasi motorik, kondisi ering canggung, kesulitan mengikat tali sepatu, atau sulit membedakan kanan dan kiri ini tidak selalu terjadi, tapi sering ditemukan.

Organisasi & manajemen waktu, mereka akan sulit merencanakan tugas sekolah, mengikuti instruksi berurutan, atau menyelesaikan pekerjaan rumah tepat waktu. Kemampuan sosial, kadang kesulitan memahami sarkasme, idiom atau humor yang kompleks karena kesulitan memproses bahasa lisan yang tidak literal.

Dengan mengetahui fakta ini, Ortu bisa lebih sabar dan memberikan dukungan menyeluruh, tidak hanya pada pelajaran Bahasa Indonesia.

5. Disleksia Itu Baru Muncul saat Anak SD dan Belajar Membaca

ilustrasi anak balajar di sekolah
ilustrasi anak balajar di sekolah (pexels.com/RDNE Stock project)

Disleksia paling jelas terdeteksi saat anak mulai belajar membaca di SD. Akibatnya, banyak Ortu yang menunggu hingga kelas 1 atau 2 SD baru mulai panik.

Fakta yang perlu kamu tahu! Tanda-tanda peringatan alias red flags disleksia sudah bisa terlihat sejak anak usia dini! Semakin cepat terdeteksi, semakin cepat intervensi diberikan, dan hasilnya akan jauh lebih optimal. Tanda early warning disleksia seperti sangat sulit mempelajari lagu anak-anak atau kata-kata yang berima. Sulit menyebutkan nama benda dengan cepat atau sering menggunakan kata ganti seperti 'itu' atau 'anu'. Sulit mengingat nama huruf atau angka. Perkembangan bicara lebih lambat dari teman seusianya.

Kunci untuk ortu. Jangan tunda! Jika Anda melihat beberapa tanda ini saat anak berusia 4-6 tahun, segera konsultasikan ke psikolog pendidikan atau terapis wicara.

Takeaway untuk Parents. Disleksia bukan akhir dari segalanya, tapi awal dari petualangan belajar yang berbeda. Tugas kita sebagai Ortu adalah menjadi detektif yang baik, mencari tahu metode belajar yang paling pas untuk mereka seringkali visual dan praktik langsung! dan menjadi suporter nomor satu.

Fokuslah pada kekuatan mereka seperti kreativitas, problem solving visual, imajinasi dan dukung mereka dengan strategi yang tepat untuk mengatasi kelemahan mereka. Semangat, Parents!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us

Latest Life Jawa Barat

See More

5 Tanda Orang Lagi Cari Validasi Emosional lewat Cara Gak Disadari

16 Nov 2025, 22:00 WIBLife