Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Usia 3-7 Tahun Golden Time Bagi Anak, Ini Cara Memanfaatkannya

ilustrasi seseorang anak belajar numerasi (pexels.com/Artem Podrez)
ilustrasi seseorang anak belajar numerasi (pexels.com/Artem Podrez)
Intinya sih...
  • Anak usia dini perlu stimulasi yang tepat untuk perkembangan otak
  • Dr. Oggy merekomendasikan metode belajar interaktif dan konten edukatif
  • Wink Smart Learning menjadi solusi efisien untuk belajar matematika dan bahasa

Bandung, IDN Times – Dokter Umum Dr. Oggy Frayoga menjelaskan jika otak anak sudah berkembang hingga 90 persen pada masa usia dini, atau sekitar umur 3-7 tahun. Pada periode tersebut, jenis stimulasi yang diberikan orangtua akan menentukan kemampuan belajar dan berpikir anak di sepanjang hidup mereka.

Menurut Dr. Oggy, berdasarkan kurva Scammon, usia 3-7 tahun merupakan golden time bagi perkembangan otak anak. Alih-alih dianggap sebagai masa bermain, orangtua justru semestinya memanfaatkan waktu itu untuk investasi pendidikan guna membangun daya saing anak di masa depan.

“Semakin awal investasi dalam pendidikan dilakukan, hasilnya bisa tujuh kali lipat lebih besar. Pendidikan usia dini adalah fondasi krusial untuk kemampuan belajar anak,” kata Dr. Oggy, dalam siaran pers yang diterima IDN Times, Senin (4/8/2025).

1. Anak zaman sekarang tidak bisa dipaksa belajar seperti anak zaman dahulu

ilustrasi anak belajar (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi anak belajar (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Dr. Oggy tidak memungkiri jika usia dini merupakan tahap perkembangan yang berpusat pada bermain. Jika anak dipaksa belajar dengan cara duduk diam di depan meja, kata dia, hal tersebut justru bisa memadamkan minat mereka dan menimbulkan penolakan terhadap proses belajar.

Merespons hal tersebut, ia menyampaikan jika merespons anak-anak zaman sekarang memang cukup berbeda. “Anak-anak zaman sekarang tumbuh bersama perangkat digital sejak lahir. Daripada melarang penggunaan gadget, lebih bijak jika kita mengarahkan mereka menggunakan konten yang aman dan berkualitas,” katanya.

Ia menambahkan, dengan memanfaatkan alat belajar interaktif dan konten edukatif yang sudah terverifikasi, anak bisa menikmati proses belajar layaknya bermain.

“Seru namun tetap fokus belajar secara natural,” ujar Dr. Oggy.

2. Merekomendasikan inovasi pendidikan dari Korea

ilustrasi anak belajar bersama (freepik.com/jcomp
ilustrasi anak belajar bersama (freepik.com/jcomp

Sebenarnya, ada beberapa metode belajar anak usia 3-7 tahun yang direkomendasikan oleh dokter. Salah satunya ialah Wink, sebuah metode belajar yang menjadi sorotan Dr. Oggy.

Menurut dia, Wink bukan sekadar menayangkan video, tetapi sistem pembelajaran interaktif yang melibatkan penglihatan, pendengaran, dan sentuhan anak.

“Program ini menjadi salah satu metode belajar terlaris nomor satu di Korea,” ujar dia.

3. Alasan anak cemas terhadap matematika

Ilustrasi belajar matematika (pexels.com/Vanessa Garcia)
Ilustrasi belajar matematika (pexels.com/Vanessa Garcia)

Khususnya dengan alat belajar yang telah dipatenkan, lanjut Dr. Oggy, dengan Wink anak dapat belajar dengan aman tanpa koneksi internet.

“Program ini menggabungkan pelajaran Bahasa Inggris, phonics, matematika, hingga Bahasa Indonesia secara terpadu, menjadikannya solusi belajar yang efisien,” tutur dia.

Saskhya, seorang psikolog yang juga menggunakan Wink, dalam siaran pers yang sama menambahkan jika akar dari rasa cemas terhadap matematika berasal dari pengalaman pertama belajar yang negatif. “Saya pun memilih Wink karena ingin anak belajar matematika dengan cara yang menyenangkan,” katanya.

Saat ini, Wink Smart Learning tengah menawarkan benefit uji coba melalui Instagram dan website resmi mereka, yang ditawarkan secara gratis untuk masyarakat.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us