Panduan Tektok Gunung Ciremai buat Pendaki yang Suka Tantangan

- Pendakian tektok: tantangan mendaki sehari
- Syarat wajib: pengalaman, tim, dan bukti fisik prima
- Manajemen waktu ketat di Jalur Ciremai
Kuningan, IDN Times - Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) selalu menjadi momen favorit bagi para pencinta alam untuk menaklukkan gunung. Salah satu destinasi yang ramai diburu adalah Gunung Ciremai, puncak tertinggi di Jawa Barat dengan ketinggian 3.078 meter di atas permukaan laut.
Di tengah meningkatnya minat pendakian singkat, Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) mengingatkan pentingnya memahami panduan pendakian “tektok”, yakni mendaki naik-turun dalam satu hari tanpa bermalam.
Pendakian tektok menawarkan sensasi berbeda: cepat, menantang, dan menuntut fisik prima. Namun di balik daya tariknya, risiko yang mengintai juga tidak kecil. Karena itu, pengelola kawasan konservasi menekankan tektok bukan sekadar soal mengejar puncak, melainkan tentang keselamatan dan kesiapan diri.
1. Mengenal tektok: mendaki sehari, tantangan maksimal

Pendakian tektok di Gunung Ciremai dimaknai sebagai perjalanan dari kaki gunung menuju puncak lalu kembali turun dalam rentang satu hari yang sama. Tidak ada aktivitas menginap, tidak ada pergantian hari di jalur. Berangkat pagi, turun sore.
Konsep ini menuntut kecepatan, ketahanan, serta perencanaan yang matang.
Berbeda dengan pendakian reguler yang memberi waktu adaptasi melalui bermalam di pos atau shelter, tektok menguras energi dalam tempo singkat.
Jalur panjang dengan elevasi yang terus menanjak membuat pendaki harus mampu mengatur ritme, asupan energi, dan waktu. Karena itu, pengelola menegaskan tektok bukan untuk pendaki pemula.
Di momen libur Nataru, ketika jumlah pengunjung meningkat, tektok sering dipilih oleh mereka yang ingin merasakan puncak Ciremai tanpa harus menyisihkan waktu lebih dari sehari. Namun, tanpa persiapan yang cukup, ambisi justru bisa berujung petaka.
2. Syarat wajib: pengalaman, tim, dan bukti fisik prima

Untuk menjaga keselamatan, ada sejumlah panduan penting yang perlu diperhatikan pendaki tektok. Pertama, aktivitas ini hanya disarankan bagi mereka yang sudah berpengalaman dan memahami karakter jalur gunung.
Kedua, pendakian harus dilakukan secara berkelompok dengan minimal empat orang agar ada dukungan jika terjadi kondisi darurat.
Uniknya, pendaki juga diminta menunjukkan keterangan atau sertifikat pernah mengikuti event trail run dalam enam bulan terakhir.
Persyaratan ini dimaksudkan sebagai indikator kebugaran fisik, mengingat tektok menuntut stamina yang setara dengan lomba lari lintas alam jarak jauh.
Selain itu, setiap pendaki wajib menandatangani surat pernyataan kepatuhan terhadap aturan. Jika terjadi kecelakaan akibat mengabaikan ketentuan, tanggung jawab berada pada pendaki yang bersangkutan. Langkah ini bukan untuk melepas tanggung jawab pengelola, melainkan menegaskan bahwa keselamatan berawal dari disiplin diri.
3. Manajemen waktu ketat di Jalur Ciremai

Dalam pendakian tektok, waktu adalah kunci. Pengelola menetapkan batas keberangkatan maksimal pukul 04.00 WIB. Artinya, pendaki harus sudah mulai melangkah saat dini hari agar memiliki waktu cukup menuju puncak dan kembali turun.
Tak kalah penting, pendaki diwajibkan mulai turun dari puncak paling lambat pukul 12.00 WIB. Aturan ini dibuat untuk menghindari risiko cuaca sore yang kerap berubah cepat di Ciremai, sekaligus mencegah kelelahan ekstrem yang bisa berujung hipotermia atau cedera.
Dengan ketinggian lebih dari tiga ribu meter, angin kencang, kabut tebal, dan suhu dingin bisa datang tanpa banyak tanda. Batas waktu menjadi pagar pengaman agar pendaki tidak terjebak kondisi alam yang memburuk menjelang petang.
4. Antara euforia dan tanggung jawab

Libur Nataru membawa euforia tersendiri bagi dunia pendakian. Jalur-jalur menuju Ciremai dipenuhi ransel warna-warni dan semangat menjemput puncak. Namun, di tengah ramainya aktivitas, tanggung jawab tetap menjadi hal utama.
Pendaki diimbau menyiapkan perlengkapan standar seperti jaket hangat, jas hujan, lampu kepala, makanan berenergi tinggi, dan cukup air minum. Perencanaan logistik harus realistis dengan durasi pendakian yang singkat namun intens.
Lebih dari itu, kemampuan membaca kondisi tubuh sendiri menjadi kunci apakah perjalanan perlu dilanjutkan atau justru dihentikan.
Gunung Ciremai menawarkan panorama luar biasa, dari hamparan hutan, sabana, hingga kawah megah di puncaknya. Namun, keindahan itu hanya bisa dinikmati dengan aman jika pendakian dilakukan secara bijak.
Tektok bukan soal siapa paling cepat, melainkan siapa yang paling siap.
Di musim libur seperti Nataru, panduan ini menjadi pengingat bahwa petualangan sejati bukan hanya tentang mencapai puncak, tetapi juga tentang kembali pulang dengan selamat.















