Optimalkan Bumdes, Kades di Jabar Disekolahkan Cara Membangun Bisnis

Sedikit aparatur desa paham bagaimana memaksimalkan Bumdes

Bandung, IDN Times - Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) berencana menyekolahkan kepala desa dan direkur Badan Usaha Milk Desa (Bumdes) untuk belajar cara mengembangkan bisnis di pedesaan. Pembelajaran ini menjadi hal krusial agar dana yang selama ini digelontorkan ke desa bisa dioptimalkan untuk mensejahterakan masyarakat.

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPM-Desa) Jabar Bambang Tirtoyuliono mengatakan, Pemprov Jabar selama ini mendorong potensi desa, baik Sumber Daya Alam (SDA) maupun sosio kultural, supaya dapat didayagunakan menjadi potensi ekonomi/bisnis dengan prinsip berkelanjutan. Untuk mencapainya, perlu peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan keahilan entrepreneur.

Untuk mewujudkan itu, Pemprov Jabar membuat program SABISA atau Sakola Bisnis Desa, yang dimulai pada tahun ini dengan menghadirkan para kepala desa dan 100 direktur BUMDesa.

"Mereka (kepala desa dan direktur BUMDesa) memiliki peranan penting dalam mengembangkan potensi desa. Kehadirannya diharapkan memaksimalkan potensi desa dengan prinsip berkelanjutan dan memperhatikan kearifan lokal," ujar Bambang melalui siaran pers dikutip Jumat (9/4/2021).

1. Masih banyak aparatur desa yang belum mampu menjalankan bisnis Bumdes

Optimalkan Bumdes, Kades di Jabar Disekolahkan Cara Membangun BisnisIlustrasi perangkat desa. facebook.com/ndink.laombeng

Saat ini, lanjut Bambang, mayoritas masyarakat Jabar tinggal di pedesaan. Dari sekitar 50 juta penduduk, ada 72 persen masyarakat berada di desa. Mereka butuh pendapatan dan kesejahteraan agar tidak bepergian ke kota untuk mencari pekerjaan.

Maka, melalui SABISA diharapkan BUMDesa mampu bertransformasi menjadi model usaha yang lebih profesional untuk memajukan perekonomian masyarakat pedesaan.

Dari 5.312 desa di Jawa Barat, menurutnya terdapat 4.921 BUMDesa. Namun, harus diakui belum semua aparatur desa dan direktur BUMDesa mampu menjalankan bisnisnya dengan baik.

"Hal ini sangat terkait dengan masih terbatasnya wawasan dan skill bisnis," kata dia.

2. Bumdesa seharusnya bisa melihat potensi kebutuhan pasar di sekitarnya

Optimalkan Bumdes, Kades di Jabar Disekolahkan Cara Membangun BisnisMenteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar memukul kentongan sebagai tanda peresmian PT Pasar Desa Indonesia berbasis Bumdes di Desa Guwosari Bantul, DIY. ANTARA/Hery Sidik

Oleh karena itu, program SABISA diharapkan mampu meningkatkan dan mengembangkan bisnis BUMDesa, sehingga bisa memberi kesejahteraan bagi masyarakat. Dalam program yang diikuti kepala desa dan direktur BUMDesa ini, mereka akan mendapatkan pelatihan dari pemateri yang terdiri dari akademisi, pelaku usaha, perbankan, dan Kementerian Desa.

Sebagai contoh, lanjut Bambang, para utusan dari masing-masing desa akan dilatih mengenai operasionalisasi BUMDesa mulai dari pengenalan potensi hingga pembentukan ekosistem.

"Mereka akan diajari cara menggali potensi desanya seperti apa, bagaimana cara untuk menjual produknya, termasuk dengan membentuk pasarnya seperti apa," tuturnya.

Dengan begitu, Bambang berharap nantinya BUMDesa mampu membuat produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar. "Harus menciptakan produk yang dibutuhkan pasar, yang akan laku di pasar," katanya.

3. Produk dari pedesaan harus bisa dimanfaatkan, jangan diabaikan

Optimalkan Bumdes, Kades di Jabar Disekolahkan Cara Membangun BisnisIDN Times/Aji

Selain itu, melalui SABISA ini, Bambang berharap para kepala desa bisa saling mengenal dan bersinergi untuk mengetahui potensi dan kebutuhan masing-masing. Dengan begitu, setiap BUMDesa akan saling mendukung, bukan saling bersaing.

"Ada rantai nilainya juga, berperan dari hulu ke hilir. Mana desa berperan di hulu, mana di hilir. Jadi bisa membenahi rantai pasok," katanya.

Dengan begitu, dia berharap BUMDesa menghasilkan produk yang semua bahannya lokal, berasal dari desa sekitar. "Jangan sampai membuat produk yang bahan-bahannya impor," kata dia.

Bambang berharap para lulusan SABISA bisa menjadi model dalam pengelolaan BUMDesa yang baik.

4. Optimalkan penjualan produk desa secara online

Optimalkan Bumdes, Kades di Jabar Disekolahkan Cara Membangun Bisnisunsplash/freestocks

Sementara itu, akademisi Universitas Padjajaran Bandung, Dwi Purnomo, mengatakan, keberadaan BUMDesa sangat erat kaitannya dengan kepala desa. "BUMDesa ini kan dibentuknya oleh pemerintah desa," kata dia.

Namun, menurutnya, para aparatur desa ini memiliki pengetahuan yang terbatas tentang tata kelola BUMDesare . Bahkan, dia pun menilai banyak kepala desa yang tidak memiliki kepedulian terhadap badan usaha tersebut.

"Jangan sampai warga desanya ingin maju, tapi dari pemerintah desanya enggak ada dukungan," ujarnya. Oleh karena itu, menurutnya, perlu ada pemahaman yang sama antara kepala desa dengan warga khususnya pengelola BUMDesa.

Dalam SABISA ini, dia mengaku akan mengajak kepala desa dan pengelola BUMDesa untuk menyusun rencana kerja secara bersama-sama. Melalui cara ini, dia berharap para penentu kebijakan ini bisa mengetahui kontekstual bisnis di masing-masing daerahnya.

"Jadi bukan hanya membuat produk yang kemudian dikenalkan, tapi harus ada inovasi. Dulu basisnya produk, sekarang di era digital kepala desa dan pengurus BUMDes harus mampu melihat perubahan. Perlu kolaborasi, saat ini kekuatannya di sumber daya manusia yang harus kreatif," katanya.

Baca Juga: Minim Anggaran, Desa-desa di KBB Keberatan PPKM Mikro Pakai Dana Desa

Baca Juga: 6.080 BUMDes Jatim Terdaftar, Hanya 456 yang Masuk Kategori Maju

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya