TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kang Ace: Pendidikan Tinggi di Daerah Harus Beradaptasi Hadapi Era 5.0

Relevansi PT di daerah dengan kebutuhan pasar belum optimal

IDN Times/Istimewa

Tasikmalaya, IDN Times - Jenjang Perguruan Tinggi (PT) masih terjadi kesenjangan partisipasi antar wilayah dan relevansi pendidikan tinggi dengan kebutuhan pasar dan daya saing yang belum optimal.

“Padahal kampus-kampus PT di daerah seperti Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah (IAILM) Suryalaya Tasikmalaya ini punya kontribusi besar bagi kemajuan pendidikan masyarakat,” kata Dr. Tb. H. Ace Hasan Syadzily, M.Si saat memberikan Orasi Ilmiah Tasyakur Milad ke-36 IAILM Suryalaya Tasikmalaya di Aula Kampus setempat, Selasa (6/9/2022).

Kang Ace, begitu Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI disapa warga pesantren di Jawa Barat, berharap kedepan PT di daerah bisa mendapat perhatian agar bisa beradaptasi dengan kemajuan dunia pendidikan saat ini yang sudah masuk era 5.0. Sehingga seluruh warga negara bisa mengakses kebutuhan pendidikan tinggi dengan kualitas yang baik dan setara.

“Kehadiran kampus-kampus di daerah dengan penguasaan kemampuan yang baik merupakan bagian dari strategi kita untuk bisa berkontribusi bagi kemajuan pendidikan di tanah air,” sambung Kang Ace dihadapan Sidang Senat Terbuka IAILM yang dihadiri tokoh ulama, pejabat dan ratusan mahasiswa tersebut.

1. Majukan pendidikan dengan tetap mewarisi tradisi

IDN Times/Istimewa

Kang Ace yang juga Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat menegaskan, dari Tasikmalaya khususnya dari Pesantren Suryalaya dimana didalamnya ada IAILM bisa belajar tentang warna Islam yang toleran dan wasathiyah (moderat).

“Semangat pendiri Suryalaya melalui ajaran dan tradisi tasawufnya telah membuktikan kehebatannya dalam memelihara tradisi keagamaan yang baik, toleran dan ramah,” sebut Kang Ace yang kehadirnya ke Suryalaya didampingi Anggota Fraksi DPRD Provinsi Jawa Barat, H. Yod MIntaraga, Ketua Penggalangan Khusus DPD Partai Golkar Jabar, Deden Nasihin serta beberapa pengurus Golkar Kota Tasikmalaya.

Menurut Kang Ace, yang dalam kesempatan itu membawa materi tentang ‘Strategi Pengembangan Soft Skill dan Literasi Digital Mahasiswa di Era 5.0’, dirinya merasa terhormat bisa berdiri bersama para ahli dzikir. Ia meyakini PT seperti IAILM akan semakin maju karena selama ini telah mewariskan kemajuan pendidikan dengan tetap konsisten memelihara akar tradisinya.

Dalam rangkaian kegiatan yang dihadiri Ibu Nyai Hj. Ida Nurhalida, Pengasuh Popes Cipasung yang merupakan putri dari Kyai Ilyas Ruhiat, Kang Ace sempat memberikan bantuan secara simbolis sebesar Rp. 100 juta untuk sarana prasarana kampus tersebut.

“ Tantangan kita kedepan pada era digital membutuhkan penyesuaian dari dosen dan mahasiswa, sebab masih terdapat paham-paham radikal yang menyusup ke Perguruan Tinggi dan kehadiran kampus seperti IAILM menjadi sangat penting,” lanjut Kang Ace.

2. Keharusan untuk meningkatkan soft skill

IDN Times/Istimewa

Untuk menghadapi persoalan itu, kata Kang Ace, maka dibutuhkan melalui pengingkatan soft skill yakni kemampuan non tekhnis seperti prioaku dan hard skill yaitu kemampuan teknis seperti literasi digital. “Profil penduduk hasil sensus 2020 menunjukan komposisi penduduk Indonesia didominasi generasi Milenial (25,8%) dan Gen Z (27,9%) yang akan mengisi dunia kerja kedepan,” sebutnya.

Soft Skill penting dalam dunia kerja, Kang Ace menyebutkan, karena berdasarkan penelitian yang dilakukan Harvard University, Carnegie Foundation, Standford Research Center Amerika Serikat, menyimpulkan bahwa soft skill menyumbang 80% bagi kesuksesan karir seseorang, sementara 15% dari hard skill.

“Survei The Wall Street Journal menyebutkan 92% profesional dan eksekutif menyatakan bahwa soft skill lebih dibutuhkan daripada hard skill. Mitsubishi Reaserch Institute pernah melakukan survei (2002) bahwa faktor utama keberhasilan di dunia kerja adalah soft skill,” paparnya lagi.

Bagaimana mahasiswa mengembangkan soft skill dengan baik?, kata Kang Ace, salah satunya dengan menjadi pengurus organisasi. “Mengapa ini penting?, karena berorganisasi melatih leadership. melatih komunikasi, menciptakan rasa percaya diri serta menciptakan budaya kerjasama,” jelasnya disambut antusias para mahasiswa yang hadir.

3. Cerdas hadapi tantangan literasi digital

IDN Times/Istimewa

Terkait dengan literasi digital, Kang Ace, mengingatkan tantangan literasi digital di saat arus informasi melimpah yang berbanding dengan maraknya konten negatif. Karena itu mahasiswa dan civitas akademik harus cerdas dan bijak menggunakan teknologi dan media sosial.

“Pikir-pikir sebelum posting, apa yang dibaca, dilihat dan ditonton, akan mempengaruhi pola pikir dan perilaku. Sebab setiap jejak yang ditinggalkan di media sosial dapat berdampak positif atau negatif,” jelasnya.

Membangun personal branding melalui media sosial, kata Kang Ace, tidak hanya bagi politisi saja, tetapi mahasiswa, dosen dan civitas akademik juga perlu.“Mahaiswa harus terus tingkatkan skill dan bijak menggunakan media sosial,” tutupnya.

Berita Terkini Lainnya