TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Penyebab Tol Cipularang Langganan Kecelakaan Menurut Pakar ITB

Tidak ada kesalahan dalam infrastruktur Tol Cipularang

Twitter/@m4n1066

Bandung, IDN Times – Peristiwa kecelakaan maut yang melibatkan 20 mobil dan menyebabkan delapan korban tewas di KM 91 Tol Cipularang pada Senin (2/9), bikin geger masyarakat. Tapi, bukan kali ini saja ruas jalan tersebut memakan nyawa pelintasnya.

Menurut ahli rekayasa transportasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Dr. Ir. Ofyar Z. Tamin, penyebab dari peristiwa kecelakaan maut kemarin tak ubahnya seperti peristiwa kecelakaan selebriti Syaiful Jamil pada 3 September 2011.

Baca Juga: Ini Hasil Penyelidikan Polisi Terkait Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang

1. Human error

ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Menurut Ofyar, apa yang dilakukan kontraktor ketika membangun Tol Cipularang sudah benar. “Kami bisa melihat dari informasi yang didapatkan, meski tidak ikut langsung ke lapangan,” kata Ofyar, kepada IDN Times lewat sambungan telepon, Selasa (3/9).

Maka, ia berpendapat bahwa faktor kecelakaan terjadi atas kesalahan pengendara, alias human error.

“Ada kesalahan akibat desain geometrik, ada kesalahan kendaraan seperti rem blong, ada juga kesalahan pengendaranya. Kalau kita lihat kronologi, ini lebih kepada human error,” ujarnya.

2. Waspada jalan menurun

IDN Times/Mahendra

Human error yang di seputar KM 91 Tol Cipularang terjadi karena pengendara kerap tak merasa tengah melintasi jalan menurun, sehingga terjadi over speed (kecepatan di atas batas). Ancaman kecelakaan dalam kondisi seperti itu semakin besar jika diperkuat beberapa faktor lain, di antaranya keterampilan pengendara yang tak mumpuni, usia yang terlalu tua, atau kelelahan.

Over speed tidak terasa, salah satunya karena gravitasi,” tutur dia.

3. Proses pengereman kendaraan

ANTARA FOTO/Ibnu Chazar

Meski terjadi dalam waktu sangat singkat, proses pengereman kendaraan dilalui dalam beberapa tahap. Pertama, ialah tahap ketika pengendara bereaksi karena melihat bahaya.

“Setelah itu ada waktu rem, kemudian waktu injak rem sampai mobil berhenti. Nah, karena meningkatnya kecepatan tidak terasa, maka waktu jarak pengereman mengecil,” ujar Ofyar.

Maka itu, Ofyar berpendapat bahwa pengelola jalan tol mesti menambah informasi di sepanjang jalan sebelum memasuki daerah-daerah rawan, salah satunya KM 91 Tol Cipularang.

Baca Juga: Bayi dan 4 Anak Ini Selamat dari Kecelakaan Maut di Tol Cipularang

Berita Terkini Lainnya