TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

LIPI Punya Solusi Atasi Pencemar Sungai Citarum

Teknologi LIPI mencakup limbah rumah tangga hingga pabrik

suara.com

Bandung, IDN Times – Sungai Citarum dari hulu ke hilir semakin tahun semakin tercemar. Sungai yang membelah Bandung raya hingga Kabupaten Karawang itu, sebagian besar terkontaminasi oleh limbah kotoran rumah tangga.

Tidak ada data pasti untuk mengungkap berapa jumlah rumah tangga yang membuang limbah mereka ke salah satu sungai paling tercemar di dunia itu. Yang terang, kata peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sri Priatni, ada sekitar 27 rumah tangga yang menetap di pinggiran sungai Citarum.

Hal tersebut bertolak belakang dengan semangat pemerintah yang berharap Sungai Citarum dapat menjadi sumber air minum bagi 27 rumah tangga yang berada di pinggiran Sungai Citarum. Bagaimana LIPI menciptakan solusi untuk harapan tersebut?

1. Dari mana saja limbah Sungai Citarum

aljazeera.com

Menurut Sri, pencemaran terbesar Sungai Citarum berasal dari limbah rumah tangga. Andilnya, kurang lebih di antara 60-70 persen dari total limbah Sungai Citarum.

“Limbah dari WC yang tidak terolah dan sampah rumah tangga diperburuk dengan tambahan limba kotoran ternak yang jumlahnya ribuan di sekitar titik nol Citarum,” kata Sri, dalam rilis yang diterima IDN Times, Sabtu (23/3).

Pencemaran lainnya, lanjut Sri, bersumber dari limba sisa industri yang sebagian besar adalah termasuk pada jenis limbah yang berbahaya dan sulit terurai.

2. Solusi agar air Sungai Citarum Bisa Diminum

ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Penanganan Citarum di daerah hulu, terutama di Kawasan Bandung Raya, menjadi titik perhatian utama LIPI. Pasalnya, di sana terdapat 8 anak sungai yang sebagian besar mengalir melintasi pemukiman padat penduduk.

Menanggapi penelitian tersebut, Loka Penelitian Teknologi Bersih (LPTB) LIPI saat ini baru saja menawarkan teknologi untuk menjadi solusi memulihkan kotornya Sungai Citarum. Salah satunya ialah toilet pengompos yang pas diterapkan di lingkungan dengan sarana santiasi minim, guna menghentikan limbah rumah tangga yang berasal dari toilet.

“Toilet ini bisa menggantikan keberadaan WC umum sepanjang aliran anak sungai Citarum sehingga polusi kotoran manusia bisa dikurangi dan kualitas sanitasi masyarakat bisa meningkat. Komposnya bisa dipergunakan tanaman,” ujar Sri.

3. Solusi untuk limbah kotoran ternak

Sungai Citarum

Tak berhenti di situ, LPTB LIPI juga sudah menerapkan teknologi pengolahan limbah cair, khususnya untuk limbah industri pangan seperti tahu dan tempe. Teknologi tersebut dikembangkan dengan teknik multi-tahap di sentra industry tahu di Giriharja, Sumedang.

“Limbah yang dihasilkan menjadi layak buang ke sungai dan biogas yang dihasilkannya telah digunakan oleh 88 rumah tangga di sekitarnya. Teknologi ini juga bisa diaplikasikan untuk penanganan kotoran hewan,” kata Neni Sintawardani, peneliti LPTB LIPI, dalam siaran pers yang sama.

4. Solusi untuk limbah industri tekstil

merdeka

Tak hanya itu, LIPI juga telah mengembangkan satu metoda untuk memonitor zat-zat yang terkandung pada zat pewarna tekstil, guna menangani limbah industri tekstil di sepanjang Citarum.

“Metode ini menekan biaya monitoring dan hasilnya sesuai standar nasional dan internasional. Ada 8 peneliti monitoring yang mengembangkan metode pemantauan berbasis Green Analytical Chemistry (GAC). Termasuk di dalamnya prosedur teknis analisis residu pestisida, polutan logam berat serta sensor kimia,” ujar peneliti LPTB LIPI, Willy Cahya Nugraha.

Berita Terkini Lainnya