Cerita Lengkap Istri Bakar Suami di Sukabumi
Ada dugaan keterangan palsu dari pelaku.
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times – Apa yang direncanakan rumah tangga Edi Chandra Purnama, 54 tahun, tidak berjalan sesuai rencana. Edi dan istrinya, Ajeng (nama disamarkan), 35 tahun, masing-masing punya utang besar, dan berencana menjual satu unit rumah untuk melunasinya. Namun, pembagian hasil penjualan tidak membuat Ajeng puas. Nyawa Edi pun berakhir di tangannya.
Ajeng dan Edi merupakan pasangan suami istri, yang masing-masing memiliki satu anak dari perkawinan mereka sebelumnya. Edi memilki anak bernama M. Adi Pradana, 23 tahun, dan Ajeng memiliki anak bernama Kevin, 25 tahun.
Kesal dengan suaminya yang tidak membagi impas hasil penjualan tersebut, Ajeng kemudian berencana menghabisi nyawa Edi. Namun, ia tak berani melakukannya sendirian, melainkan dengan jasa pembunuh bayaran.
Gayung bersambut, ternyata Kevin, anak kandung Ajeng, punya kenalan seorang pembunuh bayaran. Ajeng yang dibantu oleh anak kandungnya, kemudian menyewa empat pembunuh bayaran untuk menghabisi nyawa Edi dan Dana, sapaan akrab M. Adi.
Singkat cerita, jasad Edi dan Dana berakhir di sebuah mobil yang terbakar di Kampung Bondol, Kabupaten Sukabumi. Pada Minggu, 25 Agustus 2019, masyarakat yang menemukan mobil terbakar itu kaget bukan kepalang. Kini Ajeng berada di dalam tahanan Polda Jabar, dan mengaku menyesal telah mengakhiri nyawa suami dan anak tirinya.
1. Menyewa jasa pembunuh bayaran
Ajeng dan para eksekutor akhirnya membuat perjanjian dengan bertemu di Kalibata, Jakarta Selatan. Ajeng menjelaskan mengapa ia ingin membunuh suaminya, dan diskusi soal harga jasa para eksekutor tersebut. Singkat cerita, mereka sepakat dengan bertemu di angka Rp500 juta.
Kisah pembunuhan keji itu pun dimulai. Hari itu, Sabtu (23/8), Edi tengah santai sambil menonton televisi di rumahnya di bilangan Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Itu malam hari, dan Ajeng baru pulang entah dari mana.
Setelah kepulangan Ajeng, empat eksekutor pun datang dengan mengendap-endap. Mereka sebelumya memang telah berbekal kunci rumah yang diberikan oleh Ajeng. "Itu masuk posisi membelakangi korban dan langsung membekap korban Edi," ujar Kepala Polisi Resor Sukabumi, Nasriadi, saat dihubungi pada Selasa (27/8). Edi pun meninggal dunia di tempat.
Ajeng dan para eksekutor kemudian memilih untuk diam di rumah. Mereka menunggu Dana, anak tiri dari Ajeng, yang memang kerap pulang tengah malam. Sekitar pukul 23.00 WIB, Dana pun pulang ke rumahnya. Di sana para eksekutor langsung menghabisinya hingga meninggal dunia.