Warung Ma Eha: Kuliner Langganan Soekarno hingga Ridwan Kamil
Warung Ma Eha Berdiri di area Pasar Cihapit
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Bandung merupakan tempat sejuta kuliner. Ungkapan ini tak sekadar ucapan di mulut saja, karena Kota Bandung dari dulu memang jadi buruan para pecinta makanan yang ingin mencari kuliner enak dan unik.
Namun, Bandung tidak hanya menyajikan makanan kekinian untuk para anak millennial. Di Kota Kembang ini terdapat tempat makanan legendaris yang sudah ada sejak zaman Presiden pertama Indonesia, Soekarno, menetap di Bandung.
Ialah Warung Nasi Ma Eha (Warung Nasi bu Eha), yang sering menjadi pilihan Soekarno untuk menyantap makanan lezat. Lokasinya tidak berada di tempat ramai, melainkan di dalam Pasar Cihapit. Menjual makanan rumahan khas Sunda yang terkesan kolot, warung ini justru tak pernah sepi pembeli.
Kios berukuran sedang itu menjajakan aneka makanan tradisional yang lezat. Bangku dan meja dipasang di depan warung berjajar lengkap dengan wasfatel di salah satu sudutnya.
Bentuk warungnya sederhana, menu makanan yang disajikan pun seperti warung nasi pada umumnya. Dengan konsep prasmanan, beragam makanan disajikan di atas meja, mulai dari olahan pepes, telur bumbu rendang, gepuk, tahu-tempe, ayam goreng, dan sebagainya.
Di balik dapur, tiga orang juru masak meramu setiap makanan Warung Nasi Ma Eha untuk para penikmatnya.
1. Sudah berdiri sejak 1947
Mak Eha yang sekarang dikenal masyarakat nyatanya bukan orang pertama yang mendirikan warung ini. Dia merupakan generasi kedua, di mana warung ini pertama kali dibuka oleh ibunya, Enok, pada 1947. Saat itu lokasi warung belum di Pasar Cihapit, tapi di sebuah lapangan yang terletak di belakang pasar.
Di zaman itu, warung tersebut menjadi tempat makan dengan pelanggan favorit zaman Agresi Militer Belanda pertama.
"Waktu itu belum di pasar seperti sekarang, cuma lapangan aja terus ada wasrei (laundry). Dari dulu masakannya gak jauh dari sekarang, cuma ada bistik, setup, sop-sop gitu karena yang beli masih kebanyakan orang Belanda," kata Eha, beberapa waktu lalu.
Kala itu, ketia warung ini berdiri, Eha sendiri sedang berada di Yogyakarta. Kemudian pada 1949 dia pulang ke Bandung meneruskan bisnis ibunya.
Menu yang paling terkenal dari Warung Nasi Ma Eha adalah gepuknya yang begitu legendaris. Resepnya turun temurun membawa gepuk Ma Eha jadi ciri khas dari rumah makan ini. Menyesuaikan dengan lidah warga lokal, masakan bistik dan setup yang dulu sempat menjadi best seller, kini tidak lagi disediakan.
Baca Juga: 10 Potret Lucu Spanduk Warung Nasi Ini Bikin Ngakak, Kreatif!
Baca Juga: 5 Kuliner Berbahan Kambing di Indonesia yang Gak Banyak Orang Tahu