TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Vaksinasi COVID-19 untuk Lansia di Jabar Tidak Optimal

Masih ada sisa vaksin untuk 400 ribu orang di Jabar

Ilustrasi vaksinasi COVID-19 pada lansia. IDN Times/Sukma Shakti

Bandung, IDN Times - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menyebut vaksinasi COVID-19 terhadap masyarakat lanjut usia (lansia) menjadi perhatian karena masih realisasinya belum maksimal. Mereka termasuk golongan yang rawan terpapar COVID-19. Kondisi ini bisa memprihatinkan seiring dengan perayaan Lebaran yang memungkinkan ada kontak antarorang termasuk lansia.

Emil mengatakan, meski tahun ini masyarakat dilarang mudik dan polisi sudah menyiapkan penyekatan, namun tetap ada kemungkinan pemudik dari luar daerah lolos.

"Kalau terjadi kebocoran mudik, itu lansia-lansia di kampung itu yang paling rawan (terpapar). Vaksinasi ini yang diutamakan lansia yang punya anak-anak yang merantau," ujar dia di Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (14/4/2021).

1. Lansia harus diarahkan agar mau mendapat vaksin

ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha

Menurutnya, vaksinasi untuk lansia memang masih menjadi kelemahan pemerintah. Ketakutan pada mereka akan efek samping vaksin harus diluruskan.

"Jadi tadi, arahan saya, lansia itu butuh dibawa, dibimbing. Kira kira begitu,” ia melanjutkan.

Berdasarkan informasi dan data yang berhasil dihimpun, hingga 13 April 2021 baru sekitar 247.350 lansia yang telah menerima dosis pertama dan 66.728 lansia yang telah menerima dosis kedua. Cakupan vaksinasi lansia I baru 5,82 persen dan vaksinasi lansia II baru mencapai 1,52 persen. Sedangkan target vaksinasi lansia sebanyak 4.403.983 pada tahap kedua.

Ada empat kendala yang menjadi penyebab rendahnya realisasi vaksinasi terhadap lansia. Yakni, partisipasi menurun; khawatir dengan keamanan vaksin; keterbatasan akses transportasi ke sentra vaksinasi dan kemampuan lansia mengakses teknologi pendaftaran.

2. Penanganan COVID-19 di Jabar belum stabil

Ilustrasi dokter di Aceh meninggal karena COVID-19. ANTARA FOTO/Ampelsa

Dalam kesempatan itu, penanganan kasus COVID-19 di Jawa Barat masih stabil, tidak ada lagi zona merah. Sedangkan di level mikro, hasil asesment nasional tanggal 11 April tentang produktivitas kinerja dari tim PPKM mikro di Indonesia, Jabar masuk ranking pertama.

Emil berharap para aparat di tingkat desa, RT, RW bhabinkamtibmas, Satpol PP agar bisa menjaga produktivitas dan kinerja penanganan pandemi.

“(ranking) kedua adalah Bali, ketiga Yogyakarta. Jadi Jawa Barat paling rajin bekerjanya lah. Ada 12 indikator produktivitasnya, di antaranya paling rajin edukasi, pembagian masker, penegakan disiplin, dan lain-lain,” kata dia.

Baca Juga: Ridwan Kamil Tak Ambil Pusing Atas Kenaikan Kasus COVID-19 di Jabar

Berita Terkini Lainnya