TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Stok Gula Pasir di Pasaran Sulit, Emak-emak di Bandung Komplain

Kelangkaan stok gula pasir diduga akibat wabah virus corona

Ilustrasi pedagang sembako (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Bandung, IDN Times - Sejumlah emak-emak di Kota Bandung komplain saat mencari kebutuhan gula pasir. Pasokan gula pasir yang dinilai menjadi salah satu kebutuhan sehari-hari ini mulai sulit didapatkan. 

Jika pun ada ketersediaan stok gula pasir di toko moderen, pembeliannya juga dibatasi hanya sebanyak 1-2 kilogram per konsumen. Tidak hanya ibu-ibu, sejumlah pedagang minuman pun mulai khawatir dengan ketersediaan gula pasir tersebut. Sebab, sulitnya mendapatkan gula pasir dikhawatirkan dapat menghambat usaha mereka.

Persoalan sulitnya stok gula pasir di pasaran ini sudah menjadi perhatian Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Pemprov Jabar mengklaim segera berupaya menjaga ketersediaan gula pasir di Jawa Barat di tengah merosotnya jumlah persediaan gula di tingkat nasional. Kelangkaan gula pasir di pasaran salah satunya dikarenakan keran impor yang sempat ditutup akibat wabah virus corona di awal tahun.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disprindag) Provinsi Jawa Barat Mohamad Arifin Soedjayana mengatakan, persediaan gula pasir di Jawa Barat masih ada walaupun memang mengalami pengurangan. Hal ini disebabkan juga peningkatan permintaan gula pasir di Jabar.

Dia telah berkoordinasi dan menggelar rapat dengan Kementerian Perdagangan untuk menangani penipisan persediaan gula pasir tersebut. Hasilnya, pemerintah akan membuka kembali keran impor gula pasir dan barangnya akan sampai pada akhir Maret 2020.

"Dari hasil kita komunikasi dengan kementerian, izin impor sudah dibuka dan dilaksanakan. Hanya saja, paling akhir Maret barang gula pasir itu baru teridistribusi, untuk yang impor baru ini," kata Arifin kepada wartawan, Rabu (11/3).

1. Kebutuhan gula pasir selama ini mengandalkan dari Jatim dan Jateng

Kenaikan harga sembako terutama gula pasir di Pasar Kamboja Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Arifin mengatakan, selama ini Jawa Barat masih harus menyediakan gula pasir dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, selain gula impor. Untuk sementara penyediaan gula di masa penipisan persediaannya pun akan mengandalkan persediaan gula di dua provinsi tersebut.

"Angka kebutuhan gula ini belum pasti. Hanya kondisinya di beberapa distributor posisi stoknya rada kurang dan harganya tinggi, sekitar Rp17 ribu per kilogram. Berapa tonasenya saya belum ada data terbaru, yang pasti menjelang Bulan Ramadan, kebutuhan gula akan meningkat," katanya.

2. Mencari gula hingga langsung ke tingkat produsen

Stok gula mulai menipis, sehingg harga mulai melonjak. IDN Times/ Alfi Ramadana

Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia atau Aprindo yang menjadi salah satu pihak yang dapat melakukan stabilisasi harga pun, kata Arifin, sudah tidak memiliki stok gula pasir. Hal tersebut dialami juga oleh Bulog.

Pihaknya sudah berkoordinasi dengan sejumlah pabrik gula, seperti produsen Gula Rajawali yang masih memiliki persediaan gula pasir, untuk menyediakan gula di Jawa Barat.

"Kekurangan persediaan gula ini salah satunya akibat wabah virus corona, memang selama ini ada impor dari Cina. Jadi ini sudah dibuka impornya, mudah-mudahan lah segera teratasi," katanya.

Baca Juga: Stok Menipis, Harga Gula Pasir di Malang Terus Melonjak 

Baca Juga: Dampak Virus Corona, Pariwisata Jabar Turun hingga 5 Persen

Berita Terkini Lainnya