Ridwan Kamil Minta Kadinkes Baru Fokus Angka Stunting dan Kematian Ibu
Gunakan anggaran kesehatan semaksimal mungkin
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil akhirnya menunjuk Berli Hamdani Gelung Sakti sebagai Kepala Dinas Kesehatan Jabar yang baru. Penunjukan Berli berdasarkan hasil lelang yang sebelumnya telah dijalankan.
Berli pun dilantik secara langsung oleh Ridwan Kamil di Aula Barat, Gedung Sate, Bandung, Rabu (8/5). Pelantikan dihadiri juga Sekretaris Daerah Jabar Iwa Karniwa, Ketua Komisi I DPRD Jabar dan sejumlah kepala dinas Pemprov Jabar.
"Hari ini sudah dilantik Pak Berli, seorang kepala dinas dari sebuah kabupaten di Kalimantan. Tapi orang pintar, gagasannya luar biasa," ujar Ridwan Kamil saat pelantikan.
Emil, sapaan akrabnya, optimistis Berli bisa menggenjot upaya Pemprov Jabar untuk meningkatkan indeks kesehatan provinsi. Sekaligus mendorong daerah untuk meningkatkan layanan kesehatan di Jabar terutama untuk kasus-kasus yang menonjol.
“Isu yang mengemuka tentulah masalah stunting dan kematian Ibu masih tinggi, penyakit-penyakit menular juga masih ada saya titip dengan 48,7 juta banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup,” paparnya.
1. Mantan Kadinkes Kubu Raya, Kalimantan Barat
Emil menuturkan, pemilihan Berli dikarenakan yang bersangkutan memiliki skor paling tinggi dan memenuhi persyaratan yang diperlukan Kepala Dinas Kesehatan di Jawa Barat. Berli pun sebenarnya merupakan orang Jawa Barat yang tengah merantau ke tanah Kalimantan.
Berli yang sebelumnya juga bekas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya dinilai memiliki latar belakang yang cukup baik. Terutama, dalam upaya menekan kematian ibu dan anak dan mendorong optimalisasi layanan kesehatan di wilayah daerah otonomi baru tersebut.
”Orang yang datang dari bawah dan punya pengalaman yang konkrit akan punya solusi lebih realistis terhadap permasalahan di level provinsi. Seperti waktu saya Wali Kota perspektif-nya beda, saya paham masalah-masalah detail sehingga waktu bikin kebijakan lebih sensitif, lebih paham,” papar Emil