TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pengamat Ingatkan Bahaya Longsor Susulan Kembali Terjadi di Sumedang

Longsor di Sumedang masuk dalam kategori longsor kompleks

Petugas evakuasi korban longsor Sumedang. (IDN Times/Bagus F)

Bandung, IDN Times - Bencana longsor yang terjadi di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang akhir pekan kemarin diprediksi bisa kembali terjadi di tempat serupa. Ahli di bidang longsoran tanah dan geologi teknik ITB Imam Achmad Sadisun mengingatkan akan bahayanya longsor susulan lagi.

Kesimpulan tersebut ia peroleh setelah tim dari KK Geologi Terapan, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) ITB telah meninjau lokasi terjadinya longsor, Selasa (12/1/2021).

Tim tersebut menurut Imam, menemukan rekahan lain dengan jarak tujuh meter dari lokasi kejadian di bagian atas lereng dekat ke jalan. Dari rekahan yang ditemukan perlu menjadi kewaspadaan akan bahaya longsoran susulan.

"Kami melihat longsoran susulan ini belum berhenti. Tim ITB ke sana retakan itu ternyata masih ada sampai ke jalan di perumahan yang ada di atas dan paling jauh jaraknya tujuh meter, nah ini suatu saat bisa jadi meluncur lagi (longsor)" ujarnya melalui siaran pers, Kamis (14/1/2021).

1. Longsor susulan cenderung menuju ke titik terendah utama

IDN Times/SAR Bandung

Ia mengatakan, longsor yang terjadi di Cimanggung tidak hanya sekali terjadi. Setidaknya ada empat kali kejadian longsoran menurut banyak saksi mata di lokasi tersebut.

"Dari berbagai dokumentasi foto dan video, dapat diamati dengan jelas bahwa longsoran susulan cenderung berkembang menuju arah gawir utama atau mahkotanya,” ujarnya.

2. Titik longsor di Cimanggung masuk zona merah dan kuning

Petugas mengevakuasi korban longsor Sumedang. (Dok. Tim SAR Bandung)

Menurut Imam Sadisun, dengan melihat peta geologi di daerah tersebut, lokasi tempat terjadinya longsor itu masuk zona merah dan kuning. Artinya memiliki potensi longsor yang tinggi dan sangat tinggi.

"Sehingga untuk perumahan dan pemukiman peruntukkannya sangat terbatas," ujarnya.

Ia pun menyarankan agar pihak terkait selalu memperhatikan UU Penataan Ruang dan Lahan di kawasan yang berpotensi longsor.

3. Bencana di Cimanggung masuk dalam kategori longsoran kompleks

IDN Times/SAR Bandung

Ia menjelaskan, longsoran yang terjadi bukanlah jenis longsoran biasa, melainkan bisa dikatakan sebagai longsoran kompleks. Kejadian di Sumedang ini menurutnya terjadi karena proses gelinciran (sliding) pada bagian atas hingga proses aliran (flowing) di bagian tengah dan bawah sistem longsoran.

"Kejadian longsoran yang diikuti oleh proses aliran lumpur atau bahkan aliran bahan rombakan umumnya menimbulkan banyak korban jiwa dan kerusakan,” katanya.

Berdasarkan pengamatan dan analisis Imam, area longsoran Cimanggung ini berawal dari bagian tengah sistem lereng yang ada. Tempat inilah awal terganggunya kesetimbangan atau kestabilan lerengnya ditambah dengan terjadinya hujan lebat.

Selain itu di area tersebut lahannya sudah banyak dibuka untuk area perumahan, baik pada bagian atas lereng, tengah hingga pada bagian bawahnya.

"Kenaikan tekanan pori dan berat isi material pembentuk lereng oleh infiltrasi air hujan, telah memberikan kontribusi yang sangat berarti pada proses terbentuknya longsoran ini," paparnya.

Baca Juga: [UPDATE] 19 Orang Diduga Masih Tertimbun Longsor di Kabupaten Sumedang

Baca Juga: Longsor Sumedang Timbun Tenda Hajat, Diduga Banyak Korban Belum Terdata

Berita Terkini Lainnya