TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Nasib Pojok Literasi Karya Ridwan Kamil yang Jadi Lokasi PKL

Harus ada fasilitas penunjang lain agar banyak orang datang

IDN Times/Debbie Sutrisno

Bandung, IDN Times - Di penghujung 2019, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil telah meresmikan tiga taman sekaligus, yakni Taman Gedung Sate, Taman Pakuan, dan Taman Literasi. Taman Literasi yang berada di kawasan Lapangan Olahraga Saparua, sendiri saat ini lebih akrab disebut Pojok Literasi oleh masyarakat sesuai dengan desain yang ditampilkan di taman tersebut.

Taman di Gedung Pakuan sempat memicu perdebatan di kalangan masyarakat. Sebab, di taman tersebut dibangun juga kolam renang. Kolam ini nantinya bisa digunakan Ridwan Kamil sebagai upaya rehabilitasi cidera lutut yang dimilikinya.

Nah, satu hal yang tidak kalah mencengangkan di kalangan masyarakat adalah penamaan Pojok Literasi yang berada di kawasan Taman Saparua. Sebab, penamaan literasi sangat berbeda dengan apa yang ada di tempat tersebut.

1. Lebih banyak pedagang berjualan ketimbang penunjang literasi

IDN Times/Debbie Sutrisno

Berdasarkan pantauan IDN Times, di bagian depan taman yang baru dibangun ini memang indah ketika dilihat dari bagian depan. Di mana terdapat tembok dari bata yang didesain sedemikian rupa dengan warna putih bercampur merah mata. Pada bagian tembok tersebut terdapat dua tulisan yaitu Pojok Literasi dan Saparua.

Namun, ketika kita melintasi sisi kiri dan kanan tembok tersebut, di bagian dalam justru tidak ada sesuatu yang mempertontonkan hal-hal berkaitan dengan literasi. Yang ada justru sejumlah pedagang yang berjejer dan saling berhadap-hadapan.

Berdasarkan keterangan yang disampaikan Pemprov Jabar, para pedagang ini adalah mereka yang dulunya berjualan di trotoar bagian depan Taman Saparua. Mereka kemudian dipindahkan sehingga fasilitas pejalan kaki tidak terganggu.

2. Belum tahu apa maksud dari penamaan pojok literasi

IDN Times/Debbie Sutrisno

Salah satu pengunjung tempat makan ini, Risky, mengatakan, dia datang ke pojok literasi sebenarnya bukan untuk membaca atau menulis. Karena sudah berolahraga di taman Saparua makanya singgah ke tempat makan.

"Memang kalau dilihat namanya kan pojok literasi, tapi ga tahu literasinya gimana. Mungkin hanya tempat kalau orang mau baca aja kali," ujar Risky ditemui di tempat, Selasa (7/1).

Meski demikian, dengan adanya taman dan tempat duduk di taman tersebut, Risky menilai bahwa fasilitas itu bisa saja digunakan masyarakat untuk sekedar membaca atau mencari inspirasi menulis.

"Kalau duduk, kumpul sama teman, atau cari inspirasi mungkin bisa juga di situ," ungkap dia.

3. Berharap dibangun perpustakaan umum untuk orang membaca

IDN Times/Debbie Sutrisno

Sementara itu, Gilang, pengunjung lainnya mengatakan, untuk menjadikan tempat ini sesuai dengan penamaannya yaitu Pojok Literasi, pemerintah daerah bisa juga membuat perpustakaan umum. Misalnya, dengan menempatkan lemari dari kayu atau lemari kaca kemudian diisi sejumlah buka bacaan baik fiksi atau buku sejarah tentang Bandung dan Jawa Barat.

"Jadi orang kalau lagi nunggu akan atau istirahat di taman ini bisa sambil baca-baca buku yang disediakan," ungkpanya.

4. Peralihan dari pojok dilan

IDN Times/Galih Persiana

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Menteri Pariwisata Arief Yahya, dan keluarga film Dilan 1991, meresmikan Sudut Dilan di kawasan Saparua, awal tahun lalu. Sudut yang berada di dalam Taman Saparua tersebut, kata Emil, nantinya akan menjadi salah satu pusat literasi di Kota Bandung.
 
Menurut informasi yang diterima IDN Times, Emil adalah orang yang menginisiasi sudut tersebut. Tujuannya tak lain mengembangkan semangat literasi sekaligus memantik pariwisata di Jawa Barat. Emil pun sudah lebih dulu meminta izin penggunaan nama Sudut Dilan pada Pidi Baiq, penulis novel fiksi Dilan 1990 dan Dilan 1991.

5. Tempat ini diharap bisa memajukan dunia literasi

IDN Times/Debbie Sutrisno

Kala itu Emil menyebut, Sudut Dilan perlu dibangun untuk memajukan dunia literasi masyarakat Jawa Barat. Tujuan akhirnya, tentu bertambahnya wawasan masyarakat Bandung karena lebih mudah membaca buku di Sudut Dilan.
 
“Tepatnya nanti ada memorabilia, ada tempat-tempat meja, tempat baca buku, termasuk nanti ada perpustakaan. Di sudut sana ada bangunan (perpustakaan), isinya buku-buku terpilih yang bisa dibaca di sini,” tutur Emil.
 
Memorabilia sendiri merupakan istilah umum yang merujuk pada benda yang dapat mengingatkan seseorang dengan sebuah kenangan.

Berita Terkini Lainnya