TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mulai Produksi dan Dijual, tetapi Harga Tahu Tempe Dipastikan Naik!

Kenaikan harga kedelai impor berdampak pada tahu dan tempe

ilustrasi tempe (wikipedia.org)

Bandung, IDN Times - Ratusan pengrajin tahu dan tempe dari kawasan Cibuntu, Kota Bandung akan mulai berdagang dan memproduksi. Sebelumnya, para pengrajin tahu tempe ini sempat melakukan aksi mogok produksi selama tiga hari.

Ketua Ketua Puguyuban Pengrajin Tahu dan Tempe Jawa Barat Muhammad Zamaludin mengatakan, mulai hari ini seluruh pengrajin akan kembali berproduksi. Dengan harga bahan baku kacang kedelai yang masih tinggi maka bisa dipastikan tahu dan tempe yang dijual kepada masyarakat harganya naik.

"Kami mulai produksi untuk dijual besok. Ya semua (tahu dan tempe) naik (mulai Senin)," kata Zamaludin ketika dihubungi IDN Times, Minggu (30/5/2021).

Meski ada masukan agar mogok produksi bisa lebih panjang, tapi paguyuban menilai tiga hari sudah cukup sebagai informasi kepada masyarakat bahwa harga tahu dan tempe akan naik.

1. Kenaikan harga tidak bisa ditahan

Pengjarin tahu di Cibuntu, Bandung, mogok kerja karena kenaikkan harga kacang kedelai yang jadi bahan baku utama. IDN Times/Debbie Sutrisno

Dia menuturkan, kenaikan ini tidak bisa ditahan karena bahan baku yaitu kacang kedelai juga melambung dalam beberapa bulan ke belakang. Biasanya harga kedelai bisa di bawah Rp10 ribu bahkan sempat di angka Rp8.000 per kilogram (kg). Namun sekarang harganya sudah sempat menyentuh Rp11 ribu per kg.

Alhasil harga produksi di para pengrajin pun harus naik. Untuk tahu misalnya, harga jual pabrik untuk satu papan tahu berkisar Rp3.000 sampai Rp5.000. Saat ini pengrajin di Cibuntu menaikkan harga tahu cetak dari Rp40 ribu per papan menjadi Rp45 ribu. Sementara tahu takus dari Rp45 ribu per papan menjadi Rp50 ribu.

"Kalau untuk per bungkus mungkin naik Rp500," kata Zamaludin.

2. Pengrajin rugi jika tidak menaikkan harga

Kondisi pabrik tahu saat mogok berproduksi. IDN Times/Debbie Sutrisno

Menurutnya, selama ini pengrajin tahu dan tempe sudah coba menahan tidak menaikkan harga. Tapi karena harga bahan baku yang kian melambung maka pengrajin harus menaikkan harga tahu dan tempe. Jika ini tidak dilakukan pengrajin bisa merugi.

Zamaludin menyebut, para pengrajin di Jabar pun tidak bisa serta merta melakukan mogok kerja dalam waktu lama. Mereka khawatir konsumen berpindah menggunakan tahu dan tempe dari pelaku usaha yang lebih besar.

"Sebenarnya kita takut maju kena mundur kena. Tapi kalau ga produksi ini pelanggan bisa kabur ke tempat lain," paparnya.

3. Berharap impor kedelai dipegang oleh pemerintah

Ilustrasi produsen tahu dan tempe Dok. IDN Times/Istimewa

Atas kondisi harga kedelai yang tidak pernah turun, Zamaludin pun sangat impor bahan baku ini dipegang kembali oleh pemerintah. Dulu pembelian kedelai dari sejumlah negara dilakukan oleh Bulog. Intervensi dari pemerintah membuat harga kedelai tidak pernah langsung naik secara signifikan.

Namun karena sekarang impor diberikan kepada pihak swasta tidak ada pernah ada intervensi dari mereka agar para produsen kedelai menjaga harga tetap stabil.

"Sekarang pemerintah katanya bisa bantu turunkan harga tapi paling hanya sampai Rp10 ribu per kg. Di bawah itu mereka tidak bisa," ungkapnya.

Baca Juga: Pemprov Jabar Minta Produsen Tahu Tempe Tak Mogok Produksi

Baca Juga: 5 Jenis Tempe Bergizi yang Bukan dari Kedelai, Penasaran?

Berita Terkini Lainnya