TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menko PMK Minta Bio Farma Percepat Produksi Obat Virus Corona

Apakah obat ini cocok dipakai pasien terpapar COVID-19?

IDN Times/Larasati Rey

Bandung, IDN Times - Pemerintah Indonesia terus mendorong sejumlah perusahaan farmasi di Tanah Air untuk mengembangkan obat virus corona atau COVID-19. Hingga saat ini, belum ditemukan obat yang ampuh bisa menyembuhkan pasien yang terinfeksi virus corona. 

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, perusahaan obat di Indonesia termasuk PT Bio Farma tengah mengembangkan obat untuk virus tersebut.

"Kita sudah ada beberapa obat yang diproduksi oleh Bio Farma sendiri, dan sudah teruji secara medis, sudah cukup bagus," ujarnya Muhadjir usai berkunjung ke PT Bio Farma di Kota Bandung, Sabtu (20/6).

1. Pembuatan obat akan dipercepat

IDN Times/Debbie Sutrisno

Dia menuturkan, rencananya pada Juli, obat sedang dikembangkan akan segera diuji klinis. Kemudian tahun depan harapannya obat tersebut bisa diproduksi secara massal.

"Dan kami minta dipercepat," kata dia.

2. Alat PCR untuk tes COVID-19 juga segera diproduksi di dalam negeri

Protokol Kesehatan yang dilakukan saat Sidang Kabinet Paripurna secara tatap muka kembali digelar di Istana Presiden pada 18 Juni 2020 (Youtube/Sekretariat Presiden)

Di sisi lain, Muhadjir menargetkan Indonesia tidak lagi mengimpor Polymerase Chain Reaction (PCR) kit atau alat pengetesan spesimen swab test. Saat ini menurutnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Biofarma mampu membuat PCR kit sebanyak 50 ribu per minggu. Sehingga, ia berharap Indonesia tidak perlu lagi mengimpor barang tersebut dan justru harus bisa mengekspor.

"Kalau bisa diusahakan dalam waktu yang tidak lama, nanti 100 persen sudah tertutup oleh produksi dalam negeri sendiri, sehingga tidak tergantung impor, syukur-syukur nanti kita ekspor," kata Muhadjir.

Di kawasan PT Biofarma sendiri, menurutnya ada gedung milik Kementerian Kesehatan yang bakal dialih fungsikan untuk digunakan sebagai tambahan tempat produksi PCR kit. Sehingga, ia berharap target produksi dua juta PCR kit dalam satu bulan bisa terpenuhi.

"Tadi pak Menteri Kesehatan sudah mengintruksikan dan menyarankan supaya untuk dalam waktu dekat ini kebutuhan PCR kit sudah bisa dicukupi dari dalam negeri, dari Biofarma sendiri," kata dia.

3. Dua alat deteksi COVID-19 yang dikembangkan Unpad dan ITB sedang divalidasi

Rapid tes pekerja media di LKBN Antara (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Dua alat deteksi SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, yang dikembangkan perguruan tinggi di Jawa Barat (Jabar), yakni Unpad dan ITB, sedang divalidasi ke sampel virus sebenarnya. Kedua alat itu adalah Deteksi CePAD atau Rapid Test 2.0, dan Surface Plasmon Resonance (SPR).

Koordinator Peneliti Rapid Test COVID-19 Unpad dari Fakultas MIPA, Muhammad Yusuf mengatakan, validasi ke sampel virus dilakukan setelah kedua alat tersebut tervalidasi di laboratorium.

"Kami bekerja sama dengan beberapa pihak dalam validasi ini. Saat ini, formulasi dan uji CePAD di skala laboratorium terhadap protein virus sudah menunjukkan hasil yang baik, jadi bisa dilanjutkan ke validasi di lapangan" kata Yusuf beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Menko PMK: Pemerintah Segera Perbaiki Data Bansos Agar Tepat Sasaran

Baca Juga: Banyak Kasus COVID-19 di Puncak Bogor, Rapid Test akan Dimasifkan

Berita Terkini Lainnya