TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Luhut Imbau Mahasiswa Unpar Pilih Pemimpin yang Tidak Marah-marah

Boleh mengkritik tapi jangan kampungan

IDN Times/Debbie Sutrisno

Bandung, IDN Times - Menteri Luhut Binsar Pandjaitan menjadi salah satu narasumber dalam acara Indonesia 2045 Berdaulat, Maju dan Berpengaruh Pada Tatanan Global. Acara ini diselenggarakan oleh mahasiswa Universitas Parahyangan (Unpar) di Gedung Konferensi Asia Afrika, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (5/4).

Dalam paparannya, Luhut menilai bahwa perekonomian Indonesia sudah cukup kuat. Meski semua keinginan pemerintah tidak bisa terpenuhi sesuai janji, tapi Indonesia berhasil melalui badai krisis yang sempat menerpa banyak negara di berbagai belahan dunia.

Dengan kondisi yang semakin membaik, Luhut pun meminta masyarakat khususnya para mahasiswa yang sudah bisa memberikan hak suara agar tidak masuk dalam golongan putih yang tidak menggunakan haknya. Dia pun berpesan agar mahasiswa bisa berpikir logis dan tidak memilih pemimpin yang kerap marah-marah di depan umum.

"Ini kan mau pilpres, saya titip kalangan jangan golput. Masa depan Indonesia ini bagus. Tanya nurani yang terdalam mana yang terbaik untuk Indonesia," ujar Luhut dihadapan ratusan mahasiswa Unpar.

1. Kita tidak bisa merawat Indonesia hanya dengan omongan

IDN Times/Debbie Sutrisno

Luhut menuturkan, untuk menjaga agar Indonesia bergerak ke arah yang baik, maka tidak bisa orang yang memimpin negara ini hanya pandai berbicara. Semua harus dikerjakan dengan studi yang cermat dan mendalam.

Kalau maju dengan emosional dan berburuk sangka itu tidak akan bisa jalan. Apalagi datang dengan menyebarkan berita-berita bohong atau hoaks.

"Sekali lagi anak muda jangan sampai tidak memilih. Dan jangan menyebarkan berita-berita seperti PKI, komunis, anti-Islam dan lain-lain," paparnnya.

Baca Juga: BPN Minta Bawaslu Tanggapi Video Luhut Beri Amplop ke Kiai Zubair

Baca Juga: Prabowo Marah Pada Media, PDIP: Itu Tanda Tak Bisa Kendalikan Emosi

2. Boleh 'berantem' tapi tetap harus rukun

pexels.com/mentatdgt

Menurut Luhut, untuk memilih pemimpin di Indonesia memang harus dilakukan secara demokrasi. Meski demikian pesta demokrasi ini harus dilakukan dengan baik dan cermat.

Dia mencontohkan, ketika dua orang yang sudah dekat minum di kafe dengan berbeda keinginan. Ketika yang satu minum kopi dan satu minum teh, tidak berarti dua orang ini harus berkelahi karena perbedaan keinginan tersebut.

"Negara ini harus kita rawat. Jangan kalau berbeda ini langsung destruktif, itu tidak elok," paparnya.

Berita Terkini Lainnya