Kang Pisman, Langkah Pemkot Bandung Kurangi Volume Sampah ke TPA
Yuk sama-sama kurangi sampah mulai dari rumah kalian
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Lima belas tahun yang lalu, tepatnya 21 Februari 2005 telah terjadi musibah lingkungan yang disebabkan longsoran di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Leuwigajah, Kabupaten Bandung Barat. Bencana ini mengakibatkan 147 penduduk di sekitar meninggal dunia.
Peristiwa tersebut menggugah semua pihak, bahwa kejadian serupa mungkin saja bisa terjadi dimana pun selama pengelolaan sampah belum dilakukan secara baik dan berwawasan lingkungan.
Momen yang dijadikan sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) kemudian menggugah banyak pihak melakukan upaya pengurangan sampah termasuk penumpukan di tempat TPA.
Peristiwa tersebut kemudian menjadi lecutan bagi sejumlah pemerintah daerah yang memanfaatkan TPA Leuwigajah, termasuk Pemkot Bandung. Terlebih pascakejadian itu tagar bandung lautan sampah muncul karena sampah yang biasanya dikirim ke Leuwigajah tidak bisa terangkut.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung, Kamalia Purbani mengatakan, salah satu upaya nyata yang dilakukan Pemkot Bandung dalam mengelola sampah yaitu Gerakan Kang Pisman. Gerakan ini bertujuan utama mengubah pola pikir, perilaku sehingga menjadi budaya dalam mengelola sampah. Timbulan sampah dikurangi dan dikelola mulai dari sumber timbulan sampah.
"Sehingga semakin banyak sampah yang diolah dan dapat mengurangi timbulan sampah yang dibuang ke TPA," ujar Kamalia melalui siaran pers, Sabtu (20/2/2021).
1. Gerakan ini dimulai akhir 2018
Kamalia menuturkan, gerakan Kang Pisman dicanangkan pada tanggal 17 Oktober 2018 dengan perkembangan sampai bulan Februari 2021 menunjukkan hasil yang cukup positif. Dalam rangka memasifkan gerakan Kang Pisman ini, dari mulai pencanangan kegiatan sosialisasi telah dilakukan kepada seluruh kecamatan, kelurahan, Tim Penggerak PKK, RW, Karang Taruna, termasuk pula tokoh masyarakat, tokoh agama, dan ulama/Da’i.
Perubahan perilaku juga dilakukan melalui pendekatan lingkungan sekolah, di mana telah terbentuk sebanyak 258 sekolah yang menjadi Sekolah Berbudaya Lingkungan (SBL) atau Sekolah Adiwiyata. Program itu diikuti139 Sekolah Dasar (SD)/sederajat, 68 Sekolah Menengah Pertama (SMP)/sederajat, dan 51 Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/sederajat.
"Pengembangan gerakan Kang Pisman yaitu mensinkronisasikan dan mengintegrasikan pembiayaan program dan kegiatan di seluruh kewilayahan melalui Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan Kewilayahan (PIPPK)," papar Kamalia.
Anggaran PIPPK lingkup Rukun Warga (RW), PKK, LPM, dan Karang Taruna mulai dialokasikan untuk pembiayaan Gerakan Kang Pisman antara lain penyediaan sarana dan prasarana, sosialisasi, pelatihan, pendampingan, dan lainnya.
Baca Juga: Warga Jabar Masih Minim dalam Memilah Sampah Rumah Tangga
Baca Juga: Ini 3 Cara Keren AQUA Peringati Hari Peduli Sampah Nasional