TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Banyak Pemda di Jabar tak Serius Operasikan Bank Sampah

Keberadaan bank sampah hanya dijadikan prasyarat Adipura

Google

Bandung, IDN Times - Pemilahan sampah mulai dari tingkat rumah tangga menjadi salah satu persoalan yang hingga sekarang sulit dilakukan masyarakat luas. Kurangnya edukasi dan tidak adanya fasilitas pemilahan di tempat pembuangan sampah membuat warga kerap membuang sampah yang sudah tercampur.

Ketua Forum Bank Sampah Jawa Barat Mohamad Satori mengatakan, keberadaan bank sampah sebenarnya bisa menjadi salah satu solusi untuk masyarakat melakukan pemilahan sampah. Sebab, para relawan bank sampah bisa memberikan pengetahuan tentang manfaat dari memilihan sampah. Selain itu sampah yang dipilih kemudian bisa diperjualbelikan kembali dan menghasilkan uang.

"Sayang eksistensi bank sampah di setiap kabupaten/kota berbeda-beda. Ada yang memang hidup tapi ada yang seperti hidup segan mati pun tak mau," ujar Satori dalam diskusi Japar Punya Informasi (Japri), di Gedung Sate, Selasa (25/2).

Di Jabar saat ini terdapat sekitar 1.600 bank sampah yang masih aktif. Setidaknya ada 12 kabupaten/kota saja mampu menghidupkan bank sampah. Sedangkan sisanya tidak begitu fokus dalam penanganan pemilihan sampah melalui bank sampah

1. Bank sampah sekedar jadi pemanis saat ada penilaian dari pemerintah

IDN Times/Debbie Sutrisno

Menurutnya, semua daerah memiliki bank sampah meski jumlahnya tak sama. Fasilitas dalam bank sampah pun berbeda-beda tergantung dengan bantuan dari tiap pemda.

Satori menyayangkan banyak daerah yang hanya menjadikan bank sampah sebagai pemanis syarat untuk mengikutsertakan diri dalam penilaian Adipura. Ketika pemerintah mengumumkan akan ada penilaian, barulah mereka berbenah dalam urusan persampahan termasuk mempercantik bank sampah.

"Jadi pas ada Adipura diperhatikan, tapi setelah itu selesai (bank sampah) langsung dilupakan," papar Satori.

2. Bank sampah jadi garda terdepan edukasi kepada masyarakat

Ilustrasi pemanfaatan sampah pelastik (IDN Times/Oetoro Aji)

Satori menjelaskan, jumlah sampah organik dan anorganik yang bertumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA) merupakan bukti bahwa masyarakat kurang teredukasi mengenai pentingnya memilah sampah. Padahal sampah yang dihasilkan sebenarnya masih bisa dimanfaatkan untuk sejumlah hal.

Keberadaan bank sampah yang baik sebenarnya bisa menjadi garda terdepan untuk mengedukasi masyarakat agar mau memilihan sampah. Relawan yang sudah paham mengenai pemilihan sampah bisa lebih mudah mengajarkan masyarakat sekitar tentang pentingnya memilih sampah dan tata cara yang benar.

"Edukasi ini merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah," kata dia.

Dengan pemilahan sampah yang lebih dini di kalangan rumah tangga, lanjut Satori, pemerintah sebenarnya bisa mendukung langkah pengurangan sampah mencapai 30 persen pada 2025.

Baca Juga: Optimalkan Pengolahan Bank Sampah, KLHK Berikan Bantuan Motor

Baca Juga: Sampah di TPS Menumpuk, Pemkab Karawang Malah Angkut Sampah di Mal 

Berita Terkini Lainnya