Soal Sunda Empire, Pakar: Masyarakat Utopis yang Percaya Konspirasi
Gubernur tidak pantas menyebut kelompok stres
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Kekasisaran Sunda Empire tengah menjadi perbincangan hangat pengguna media sosial. Ramainya pembicaraan terkait Sunda Empire menyeruak setelah kegiatannya yang diduga digelar di Kota Bandung viral di Youtube, Facebook, Instagram dan sejumlah medsos lain.
Hal itu sontak menjadi sorotan publik khususnya Kota Bandung. Bahkan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil juga ikut berkomentar. Disinggung adanya kekaisaran di Jawa Barat, Emil menyebutkan kelompok itu diduga mengalami stres.
"Ini banyak orang stres di republik ini. Banyak menciptakan ilusi-ilusi yang sering kali romantisme-romantisme sejarah ini, ternyata ada orang yang percaya juga jadi pengikutnya," ucap Emil, Jumat (17/1).
Lalu bagaimana pandangan secara sosiologi munculnya kelompok-kelompok Sunda Empire dan Kerajaan Agung Sejagat. Berikut pandangan Pengamat Sosiolog Universitas Padjadjaran (Unpad) Aei Ganjar.
1. Sebagai pejabat publik, tidak pantas menuduh stres
Pakar Sosiolog Unpad, Ari Ganjar menilai, kemunculan kelompok-kelompok yang menghebohkan masyarakat Indonesia saat ini belum tentu karena faktor psikologis.
"Apakah mereka itu sakit mental, tentu saja pakar psikologi yang menentukan. Tidak bisa pejabat pemerintah yang menentukan dengan seenaknya mengatakan itu orang stres, orang sakit jiwa itu gak bisa. Harus pakar yang menentukan," ujar Ari saat dihubungi, Minggu (19/1).
Menurutnya, Emil sebagai pejabat publik tidak seenaknya menuduh fenomena Sunda Empire tanpa melalui kajian. Peristiwa kemunculan kekaisaran diduga fiktif Sunda Empire bisa dimungkinkan karena faktor permasalahan sosial.
"Kalau ini orang-orang stres, kenapa ada di Bandung? Bukanya di Bandung itu memiliki indeks kebahagiaan yang tinggi? Kenapa sampai ada stres?" ucapnya.