TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menteri PUPR Sebut Longsor di KM 118 Purbaleunyi karena Ada Rembesan Air

Rembesan air karena ada genangan di utara badan tol

IDN Times/Bagus F

Bandung Barat, IDN Times - Longsor yang terjadi di KM 118 Tol Cipularang atau di Kampung Hegarmanah, Desa Sukatani Kabupaten Bandung Barat (KBB) pada Selasa (11/2) lalu, membentuk sebuah tebing setinggi kurang lebih 20 meter.

Jarak tebing sisa longsoran dengan badan tol saat ini hanya 7 meter. Penanganan pasca longsor menjadi fokus Jasa Marga dan Pemerintah Pusat demi menghindari longsor susulan.

1. Tanah jenuh dari rembesan air yang berasal dari utara badan tol

IDN Times/Bagus F

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono mengungkapkan, longsor yang terjadi di KM 118 itu karena adanya filtrasi atau rembesan

Menurut Basuki, di KM 118 merupakan sebuah lembah yang diurug tanah kemudian dibangun tol. Pemicu longsor lanjut Basuki, karena ada saluran irigasi yang tidak diberikan garis perkerasan. Sementara di sebelah utara tol, terdapat genangan air cukup besar yang disebabkan karena mampetnya drainase milik Jasa Marga.

"Sehingga filtrasinya itu rembes ke tanah, kemudian tanah jenuh hingga longsor di antara dua tebing. Tapi ada counter weight-nya, jadi kalau gak itu pasti longsor semua," ungkap Basuki saat meninjau lokasi longsor, Senin (17/2).

2. Tanah badan tol merupakan tanah urugan yang mudah jenuh

IDN Times/Bagus F

Basuki menjelaskan, lokasi longsor itu pada awalnya merupakan sebuah lembah yang diurug. Tanah yang longsor di selatan badan tol merupakan tanah yang mudah jenuh.

"Jalan kan biasa kedap air, karena tanah ini kan urugan pasti dia probabilitas bukan karena tanah asli. Tapi ini penanganannya tidak terlalu rumit, hanya longsor kecil biasa," kata Basuki.

3. Sama seperti likuefaksi di Palu

Menteri PUPR Basuki tinjau KM 118. (IDN Times/Bagus F)

Menurut Basuki, longsor yang terjadi di lokasi itu sama seperti likuefaksi atau pencairan tanah. Untuk penanganannya, tebing itu harus diupayakan tidak terkena air agar tidak terjadi rembesan, sehingga yang harus diutamakan, yakni penanganan irigasi terlebih dahulu.

"Ini seperti irigasi di Gumbasa Palu yang dulu terjadi likuefaksi. Ini sama kaya likuefaksi ada lumpur, jadi selanjutnya (tanah) itu dikeringkan supaya air mengalir," ujar Basuki.

Berita Terkini Lainnya