TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ada 394 Pengidap HIV/AIDS di KBB, Seks Bebas Menjadi Sebab Dominan

Padalarang jadi wilayah terbanyak pengidap HIV

Volunteers of America

Bandung Barat, IDN Times - Jumlah pengidap HIV/AIDS  di Kabupaten Bandung Barat (KBB) mencapai 394 orang. Angka itu tercatat di Pemerintah Daerah KBB sampai 2019 akhir.

Kepala Sub Bagian Kesejahteraan Sosial KBB, Sri Mulyaningsih mengatakan, 394 penyintas HIV/AIDS itu tersebar di 16 Kecamatan di Bandung Barat. Sementara wilayah Padalarang tercatat sebagai wilayah yang dominan pengidap HIV/AIDS.

"Sampai 2019 terakhir, (pengidap HIV/AIDS) sekitar 394 orang. Paling terbesar persebarannya itu di wilayah Padalarang," ungkap Sri saat ditemui di Lembang, Kamis (12/3).

1. Kasus HIV/HIDS di KBB kebanyakan akibat heteroseksual

IDN Times/Bagus F

Sri menerangkan, penularan HIV/AIDS di Bandung Barat dengan beragam bentuk atau cara. Namun, kebanyakan dari penderita di KBB diakibatkan karena seks bebas.

"Ada banyak cara penyebarannya. Sebetulnya, kalau penyebarannya setiap orang beda-beda, tapi yang lebih dominan itu akibat heteroseksual," kata Sri.

2. Obat jenis ARV sudah disiapkan

Ilustrasi: Petugas melakukan tes HIV pada darah seorang warga saat pemeriksaan HIV secara gratis di halaman Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (30/11/2019). (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

Menyadari Pemerintahhal itu,  Kabupaten Bandung Barat kata Sri tidak tinggal diam. Selain melakukan pembinaan mental, sejumlah puskesmas juga sudah disiapkan untuk menyediakan jenis obat antiretroviral (ARV).

ARV sendiri merupakan obat yang mampu memperlambat perkembangan virus HIV. ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri, dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. 

"Ada beberapa puskesmas yang memang sudah ditunjuk khusus menyediakan obat itu. Jadi mereka mengambil obat itu setiap hari Kamis di puskesmas," ujarnya.

3. Pengidap HIV didorong berani speak up

Ilustrasi oleh Rappler Indonesia

Sri menjelaskan, masih banyak pengidap HIV/AIDS yang mentalnya melemah. Akibatnya, keminderan itu menjadikan mengurungkan niatnya untuk berobat.

Maka dari itu, pihaknya mendorong agar pengidap HIV/AIDS berani speak up. Dengan speak up, stigma buruk terhadap penyintas diharapkan bisa dipatahkan.

"Ada juga yang sudah berani speak up. Mereka harus berani bersuara agar tidak menjadi stigma negatif di lingkungan masyarakat," paparnya.

Berita Terkini Lainnya