TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tertinggi, Pasien Isoman COVID-19 Meninggal di Jabar Capai 160 Kasus

Kota Bekasi masuk kota paling tinggi kasus Isoman meninggal

Ilustrasi Ruang Isolasi Mandiri COVID-19. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Bandung, IDN Times - Jumlah kematian pasien COVID-19 isolasi mandiri (Isoman) di Jawa Barat (Jabar) terbanyak pertama di Indonesia. Hal ini berdasarkan catatan Lapor COVID-19 sejak 12 Juli 2021.

Ahmad Arif, Co-Inisiator Lapor COVID-19 mengatakan, Provinsi Jabar tercatat sebagai provinsi peringkat pertama dengan kasus kematian pasien COVID-19 meninggal saat Isoman.

"Dari 451 total kematian pasien Isoman di Indonesia, Jabar ada 160 kasus, dan Kota Bekasi merupakan kota paling banyak dengan laporan 81 kasus. Sedangkan tingkat kabupaten ada Kabupaten Sleman dengan total 44 kasus," ujar Arif saat konferensi video bersama awak media, Senin (12/7/2021).

1. Kejadian ini seperti fenomena gunung es

Ilustrasi Ruang Isolasi Mandiri COVID-19. (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)

Fenomena kematian pasien COVID-19 saat Isoman bisa dikatakan seperti fenomena gunung es. Arif bilang, banyak kasus serupa yang saat ini masih belum terlaporkan di beberapa wilayah lain.

"Laporan kami langsung terima melalui media sosial dan kami cross check kembali kebenarannya. Dan ternyata memang tidak semuanya muncul di publik," katanya.

2. Beberapa faktor pengaruhi terjadinya fenomena ini

ilustrasi ruang isolasi COVID-19. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

Penyebab pasien isolasi meninggal, Arif mengatakan, terjadi karena beberapa faktor seperti karena tak terpantau, terlambat dibawa ke rumah sakit, dan sebagai dampak rumah sakit penuh.

"Rata-rata pasien isoman meninggal, anggota keluarga lainnya juga positif. Sehingga kesulitan untuk memperhatikan satu sama lain," katanya.

3. Banyak pasien Isoman terlambat mendapatkan penanganan dari dokter

Ilustrasi ruang isolasi pasien COVID-19. (ANTARA FOTO/Jojon)

Kemudian, Arif menuturkan, ada juga pasien yang sengaja tidak mau ke rumah sakit dengan berbagai alasan. Kondisi itu menurutnya sudah sangat memprihatinkan. Bahkan, sebagian kasus pasien isoman ditemukan setelah meninggal, dan terlambat dalam pemakaman.

"Sebagian pasien beranggapan sakit biasa (cenderung denial) sehingga terlambat diperiksa dan baru dikonfirmasi positif setelah meninggal," jelasnya.

Baca Juga: 90 Orang di Jabar Meninggal ketika Isolasi Mandiri COVID-19

Baca Juga: 5 Cara Menjaga Kondisi Mental saat Menjalani Isolasi Mandiri

Berita Terkini Lainnya