Ridwan Kamil Kritik Edy Mulyadi Soal Penggunaan Ikat Sunda
Ikat Sunda bukan hanya sebagai aksesoris belaka!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Pernyataan Edy Mulyadi yang mengistirahatkan pulau Kalimantan khususnya Ibu Kota Negara (IKN) sebagai tempat jin buang anak berbuntut panjang. Baru-baru ini, penggunaan ikat kepala khas Sunda yang terus dipakai olehnya juga banyak mendapatkan kritik.
Kritikan juga datang dari Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil alias Emil. Ia mengatakan bahwa kepala/hulu/mastaka adalah simbol kemuliaan. Kepala juga tempat bersemayam sumber pikiran manusia.
"Karenanya hadir konsep penutup kepala, yang dari berbagai budaya diartikan sebagai lambang pemuliaan dan kehormatan," ujar Emil, dikutip melalui akun twitternya, Senin (7/2/2022).
1. Ikat Sunda merupakan simbol dan memiliki banyak makna
Menurut Emil, ikat kepala Sunda memiliki nilai budaya yang dalam, dan tidak hanya asal dikenakan sebagai aksesoris. Emil menyebutkan, ikat Sunda atau totopong atau penutup kepala tradisional dari kain adalah simbol keluhuran budi dan budaya oleh pemakainya.
"Terdapat lebih dari 12 jenis ikatan kain dalam tradisi ikat Sunda yang mencerminkan keluhuran maksud dan pesan dari si pemakainya," ucapnya.
Baca Juga: Edy Mulyadi Resmi Jadi Tersangka Ujaran Kebencian
Baca Juga: Sadar Dibidik, Edy Mulyadi Siap Ditahan dan Bawa Pakaian ke Bareskrim