TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dipaksa Setubuhi Kucing oleh Temannya, Bocah di Tasikmalaya Wafat

Korban sempat mendapatkan perundungan oleh teman sebayanya

Ilustrasi Menjambak (Perundungan) (IDN Times/Sukma Shakti)

Bandung, IDN Times - Kasus perundungan anak terjadi di Jawa Barat (Jabar). Baru-baru ini, seorang anak berusia 11 tahun di Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, meninggal dunia usai depresi karena dipaksa rekanny untuk menyetubuhi kucing.

Manajer Program LPA Jabar Diana Wati mengatakan, aksi keji itu dilakukan oleh teman sebaya yang di mana, sebelum meninggal, korban dikenai tindak kekerasan.

"Korban mendapatkan perlakuan perundungan oleh teman-temannya, kemudian korban diminta untuk melakukan hubungan seksual ke binatang," ujar Dina kepada wartawan pada Kamis (21/7/2022).

1. LPA Jabar sedang mencari informasi lain dari kasus ini

Ilustrasi kekerasan Anak (IDN Times/Sukma Shakti)

Atas aksi keji perundungan itu, Diana menjelaskan, anak mengalami depresi. Parahnya lagi, aksi korban direkam dan kemudian disebarkan ke media sosial hingga korban depresi dan meninggal dunia.

Usai kejadian perundungan, korban juga tidak berani menceritakan soal kasus yang dialaminya ke orangtuanya. Saat ini, Diana memastikan bahwa LPA Jabar masih mencoba menggali data untuk mengetahui kronologi peristiwa secara rinci.

"Kami sedang mencari info lain apakah ada penyakit lain yang diderita anak atau murni dari dia gak mau makan karena saking tertekannya," ungkapnya.

2. LPA Jabar khawatir ada korban lainnya

ilustrasi kekerasan pada perempuan (IDN Times/Nathan Manaloe)

Diana menambahkan, pihak perlindungan anak di Kabupaten Tasikmalaya juga harus gerak cepat mengumpulkan semua informasi yang berkaitan dengan korban dan terduga tersangka itu. Menurutnya, hal itu dilakukan sebagai antisipasi terjadi pada korban lainnya.

"Mencoba untuk diskusi juga dengan anak-anak yang menjadi pelaku, khawatir ada korban lain dari mereka atau bahkan ada pelaku orang dewasa yang melakukan hal tersebut," katanya.

3. Perlindungan digital untuk anak juga masih belum maksimal

Ilustrasi transaksi digital (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Lebih lanjut, Diana menilai adanya kejadian itu terjadi karena imbas dari salahnya pola asuh yang dilakukan orangtua. Selain itu, sistem perlindungan digital bagi anak-anak di Indonesia, kata dia, masih belum baik.

"Tidak ada perlindungan digital yang dilakukan oleh pemerintah karena hampir semua anak-anak kita mempunyai handphone. Memang saat ini dunia digitalnya sangat mengkhawatirkan, itu menjadi faktor utama kenapa hal tersebut terjadi pada anak-anak kita," kata dia.

Baca Juga: Wacana Depok Gabung Jakarta Jadi Perdebatan di DPRD Jabar

Baca Juga: Soal Depok Gabung Jakarta, DPRD Jabar: Omongan Walkot Jangan Diladeni

Berita Terkini Lainnya