TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kemarau Panjang, Warga Majalengka Mulai Kesulitan Air Bersih

Warga terpaksa manfaatkan air kotor dan berbau

IDN Times/Andra Adyatama

Majalengka, IDN Times – Kemarau panjang tahun ini mulai dirasakan sejumlah warga. Termasuk masyarakat Kabupaten Majalengka. Krisis air bersih ini hampir terjadi di sejumlah wilayah seperti Majalengka Tengah hingga utara.  

1. Manfaatkan genangan air sungai yang mengering

IDN Times/Andra Adyatama

Sejak empat  bulan lalu, warga Desa Cipaku, Kecamatan Kadipaten sulit untuk mendapatkan air bersih akibat kekeringan. Untuk mendapatkan air bersih warga terpaksa menggunakan genangan air sungai yang sudah mengering.

Bahkan, yang lebih memprihatinkan, kondisi air tersebut kotor dan bau. Sedangkan, sumur yang biasa digunakan sebagai sumber air kondisinya saat ini sudah mengering dan berbau.  

Menurut salah seorang warga, Misrah mengaku, terpaksa memanfaatkan genangan air Sungai Cideres yang kondisinya keruh dan bau untuk kebutuhan sehari-hari. 

“Sedangkan untuk memasak air terpaksa membeli air isi ulang yg lumayan mahal, dalam sehari kami harus membeli air isi ulang dua galon seharga sepuluh ribu rupiah,” ujarnya, Kamis (5/9/2019).

2. Keluar malam untuk mendapatkan air

IDN Times/Andra Adyatama

Menurut Taryono, warga lainnya, sebagian warga sampai harus keluar malam hari untuk mendapatkan air bersih. Hal itu dilakukan untuk menghindari antrean warga yang berebut air bersih. Selain itu juga agar debit air yang keluar banyak kalau dilakukan pengambilan di malam hari.

"Biasanya kami suka keluar sekitar jam dua dini hari, sebab kalau ngambil air di siang hari suka berebut dengan warga. Belum lagi air yang keluar sangat kecil, beda dengan malam hari," ujarnya.

Tidak hanya itu, sejumlah desa di wilayah kabupaten Majalengka mengalami kekeringan dan krisis air bersih. Akibat musim kemarau berkepanjangan, berimbas pada keringnya sebagian sumur warga, serta areal tanah pertanian.

 

3. Pedagang merasakan dampak kekurangan air

IDN Times/Andra Adyatama

Sementara itu, Kepala Desa Cipaku, Suharya mencatat ada sekitar dua rukun tetangga (RT) atau sekitar 300 kepala keluarga (KK) yang  mengalami dampak kekeringan dan mengalami krisis air bersih.

Menurutnya, untuk kebutuhan sehari-hari warga terpaksa memanfaatkan air sungai Cideres yang sudah mengering dan bau. Bahkan akibat sulit untuk mendapatkan air bersih berdampak pula pada aktivitas warga yang terganggu.

“Warga yang berprofesi pedagang, terpaksa tidak berjualan karena susah mendapatkan air bersih. Warga berharap pemerintah segera memberikan bantuan air berisih agar kebutuhan air bersih utk warga bisa terpenuhi,” harapnya.

Berita Terkini Lainnya