TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pemerintah Diminta Intervensi Harga Kedelai Ketimbang Beri Stimulus

Dedi Mulyadi yakini stimulus tidak akan sampai ke pembeli

Perajin tahu dan tempe mogok produksi dan gelar unjuk rasa karena tingginya harga kedelai. (dok. Paguyuban Dadi Rukun)

Subang, IDN Times -
Wacana pemerintah memberikan stimulus kepada para produsen tempe-tahu dinilai tak akan efektif. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi meyakini stimulus itu tidak akan mempengaruhi harga tempe-tahu di pasaran.

Menurut pengamatan Dedi, peredaran tempe-tahu saat ini cukup langka di sejumlah daerah. Fenomena itu diduga akibat produsen yang mogok produksi untuk memprotes harga bahan baku kedelai yang mahal.

Stimulus pemerintah berupa bantuan permodalan, gas, listrik atau bangunan itu dikhawatirkan tidak akan merata. "Sering kali bantuan itu tidak semua akan mendapat bantuan. Kemudian, bantuan tidak bisa dibaca sebagai regulasi pasar," katanya, Sabtu (26/2/2022).

1. Pemerintah didesak intervensi harga kedelai supaya turun

Wakil Ketua Komisi IV DPR, Dedi Mulyadi (ANTARA FOTO/Istimewa)

Dedi Mulyadi menilai harga tempe-tahu akan tetap mahal bahkan langka jika bahan baku kedelai masih tinggi. Karena itu, ia mendesak pemerintah untuk mengintervensi harga kedelai agar bisa diturunkan.

"Bagaimana harga kedelai turun, kedelai harus tersedia, karena tidak mungkin turun kalau barangnya tidak tersedia,” kata Dedi Mulyadi menjelaskan. Sehingga, stimulus dari pemerintah dinilai tidak tepat diterapkan saat ini.

2. Stimulus pemerintah ke pedagang tak akan sampai ke pembeli

Ilustrasi pedagang tahu dan tempe di pasar tradisional. IDN Times/Helmi Shemi

Menurutnya, pedagang dan produsen di Indonesia memiliki kebiasaan buruk apabila mendapatkan stimulus. Keringanan yang diberikan itu dituding tidak pernah berimbas kepada konsumen.

Sehingga, Dedi lebih mengharapkan pemerintah tetap mengintervensi harga kedelai dari pada memberikan stimulus.

“Walaupun listrik dibantu, gas dibantu, bangunan dibantu tetap tahu tempe akan mahal. Karena bantuan itu tidak akan diakui oleh pengusaha sebagai komponen menurunkan harga produksi,” katanya.

3. Masyarakat tidak akan protes harga kalau barang tetap tersedia

ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

Menurut Dedi Mulyadi, masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan kenaikan harga. Ia merata-rata dari kasus yang telah terjadi, masyarakat tidak pernah protes harga naik asal barang tetap tersedia.

Berbeda dengan pedagang atau produsen yang kerap protes karena tidak mampu lagi menjual barang pada masyarakat.

“Yang protes itu para produsen bahwa tidak punya lagi kemampuan untuk menjual kepada warga yang mayoritas pelanggan tahu tempe adalah kelas menengah ke bawah dan mereka gak tega,” kata Dedi.

Baca Juga: Petani Kedelai Minta Pengendalian Impor dan Jamin Harga Kedelai Lokal

Berita Terkini Lainnya