TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Nasib Gedung Bioskop Legendaris di Purwakarta yang Terbengkalai

Gedung bioskop lama bernilai sejarah dan pariwisata

Abdul Halim/IDN Times

Purwakarta, IDN Times - Masyarakat Kabupaten Purwakarta gemar menonton film sejak awal kemerdekaan Republik Indonesia. Mereka semakin menggandrungi film saat gedung bioskop mulai beroperasi pada dekade 1950-an.

Film layar lebar menjadi salah satu rekreasi masyarakat dari kalangan menengah ke bawah saat itu. Masyarakat Purwakarta memadati bioskop-bioskop lokal yang ada saat itu untuk menyaksikan film kesukaannya.

1. Bioskop pertama di Purwakarta

Unsplash.com/Jake Hills

Di Kabupaten Purwakarta, setidaknya ada dua gedung bioskop yang cukup legendaris. Bioskop pertama letaknya cukup berdekatan di Jalan Sudirman, Kelurahan Nagri Tengah, Kecamatan Purwakarta yang bernama Raya dan Priangan.

Tak ada yang tahu pasti tanggal, bulan dan tahun beroperasinya kedua bioskop tersebut. Masyarakat yang hidup pada masa itu hanya mengetahui keduanya beroperasi dalam waktu yang relatif bersamaan.

2. Bioskop Misbar atau layar tanjab

Seorang bocah menyaksikan pemutaran film dari atap mobil terbukanya di area parkir Mall Alam Sutera, Kota Tangerang, Banten, Sabtu (1/8/2020) (ANTARA FOTO/Fauzan)

Puncak kejayaan bioskop tersebut diperkirakan terjadi pada dekade 1970-1980 ketika film drama musikal dari India dan laga dari China masuk ke Indonesia. Melihat antusiasme penonton, pihak pengelola bioskop bahkan sampai menggelar pemutaran film di lapangan terbuka.

Bioskop tersebut dikenal dengan istilah layar tancab atau gerimis bubar (Misbar). Kemeriahan menonton layar tancab dikenang oleh salah seorang warga Purwakarta, Kusdiat (60). "Kalau mau gratis saya dan teman-teman biasanya menerobos kebun di belakangnya," kata dia.

3. Gedung bioskop beralih fungsi

Abdul Halim/IDN Times

Bisnis bioskop terus berlanjut hingga muncul satu bioskop baru yang lebih modern pada awal dekade 1990-an di atas pusat perbelanjaan di Jalan Pahlawan. Namun, semua bioskop itu sudah tidak beroperasi sebelum tahun 2000.

Bangunan bioskop Raya saat ini beralih fungsi menjadi kantor perbankan. Menurut warga setempat, arsitektur bangunannya juga sudah berubah drastis dibandingkan bangunan awalnya. Begitu juga dengan bioskop ketiga yang usianya paling muda.

4. Hilang dari perhatian masyarakat

Abdul Halim/IDN Times

Hanya bioskop Priangan yang bangunannya masih dipertahankan hingga saat ini. Meskipun, bagian depannya kini digunakan untuk berjualan nasi goreng dan pempek pada siang hingga malam hari.

Salah seorang pengelola kedai pempek, Diki (25) mengaku menyewa bagian depan bangunan tersebut sejak setahun terakhir. "Saya tidak tahu kalau ini dulunya bioskop. Ruangannya disekat sejak saya tempati," katanya saat ditemui di lokasi belum lama ini.

Ruangan di lantai dua itu sebenarnya difungsikan untuk mesin proyektor. Setelah disewakan, ruangan itu ditempati oleh para karyawan kedai pempek sebagai kamar tidur dan sebagian di antaranya untuk meja makan tamu.

5. Tersaingi video digital

Pexels.com/500photos.com

Bioskop Priangan berada satu kawasan dengan hotel yang namanya sama. Keduanya didirikan dan dikelola perusahaan yang sama milik pengusaha lokal bernama Subita dan kakaknya. Keduanya sudah lama meninggal dunia sebelum bioskop berhenti beroperasi.

Kawasan lahan dan bangunan tersebut kini diwariskan kepada salah seorang anaknya, Ati Subita (60). Namun, ia tidak mampu mengimbangi laju perkembangan zaman dan bersaing dengan peredaran Video Compact Disc (VCD).

"Berhenti beroperasinya itu sejak kemunculan VCD. Jadi banyak penonton bioskop yang beralih nonton di rumahnya masing-masing," kaya Ati saat ditemui di lokasi beberapa waktu lalu. Pengurangan jumlah penonton membuat pihak pengelola kesulitan membiayai operasional dan pajak pemerintah.

Berita Terkini Lainnya