TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dulu, Lantai Masjid Tertua di Subang Ini Mengkilap karena Tuak Aren

Benda peninggalan sejarah masjid itu hilang

Abdul Halim/IDN Times

Subang, IDN Times - Masjid Al Ikhlas di Kecamatan Sagalaherang menjadi salah satu masjid tertua di Kabupaten Subang. Namun, bangunannya saat ini sudah berubah 100 persen dari bentuk awalnya yang didirikan sekitar 1870.

Menurut cerita yang diturunkan dari generasi ke generasi masyarakat setempat, masjid itu pertama kali didirikan oleh kepala daerah setingkat bupati yang dikenal dengan nama Demang Ayub. Pada awalnya, masjid itu hanya seluas 15x20 meter persegi.

"Namanya dulu Masjid Jami Kaum Sagalaherang sebagaimana tertulis dalam prasasti di atas mihrab masjidnya dulu," kata Ketua Dewan Kemakmuran Masjid tersebut, Gaos Silahudin saat ditemui di lokasi belum lama ini.

1. Satu-satunya benda peninggalan sejarah masjid hilang

Abdul Halim/IDN Times

Nama dan tahun pembangunannya itu konon tertulis dalam kaligrafi arab di prasasti dari kayu jati berukuran 5x3 meter. Namun, prasasti dan kohkol (pentungan) masjid itu kini hilang entah ke mana setelah diikutsertakan dalam berbagai pameran.

Bukti sejarah pembangunan masjid itu pun nyaris tersisa dengan adanya beberapa kali pemugaran bangunannya. “Prasasti tersebut menjadi satu-satunya bukti sejarah pembangunan masjid ini,” kata Gaos, menyesalkan hilangnya prasasti tersebut.

2. Lantai masjid mengkilap terbuat dari campuran tuak aren

myimage.id

Namun, Gaos mengaku mengetahui sejarah pembangunan masjid tersebut dari cerita kakeknya secara langsung, Mas Much Kurdi (1899-1981). Menurut kakeknya, Masjid Jami Kaum Sagalaherang saat itu terkenal sangat indah dan unik.

Bagian yang paling menarik menurut sang kakek adalah lantai ruang salatnya yang berwarna merah mengkilap. Konon, lantai tersebut terbuat dari campuran tepung bata merah dengan peueut yakni bahan pembuatan gula merah yang berasal dari pohon aren atau yang disebut tuak aren.

3. Perbaikan masjid dinilai tidak sesuai dengan rencana

pixabay.com

Namun, bangunan masjid yang awal itu lama kelamaan juga rusak hingga akhirnya dipugar pada 1965 oleh seorang arsitek bernama Iyep Rumansyah. Namun, Gaos mengatakan pembangunannya terkendala biaya ditambah kondisi politik setelah pemberontakan Partai Komunis Indonesia.

Pembangunan masjid itu pun akhirnya diteruskan pada 1970-1971 oleh Komandan Rayon Militer sekaligus Ketua Majelis Ulama Kecamatan saat itu bernama Hasyim Asyari. Nama masjid itu kemudian diubah menjadi Masjid Agung Al Muawanah Kecamatan Sagalaherang.

“Tapi karena pembangunannya tidak sesuai dengan rencana awal yang digambarkan oleh arsiteknya, jadi hasilnya kurang bagus,” ujar Gaos. Kondisi masjid itu pun terus memburuk hingga masyarakat kesulitan untuk memperbaikinya lagi secara swadaya.

Baca Juga: 5 Masjid Tua di Bali, Sudah Ada Sejak Ratusan Tahun Lalu

Baca Juga: Masjid Ar Ridwan, Akulturasi Budaya China di Bumi Seribu Masjid 

Baca Juga: 10 Potret Masjid Ramlie Mustofa, Megah Bak Taj Mahal

Berita Terkini Lainnya