Bisnis Mobil Pick Up Masih Menjanjikan di Tengah Persaingan Industri Otomotif

- Mobil pick up tidak terlalu terpengaruh kondisi ekonomi, karena mayoritas pasar mobil pick up ada di UMKM
- DFSK Super Cab menawarkan performa tinggi dan daya angkut optimal, dengan produksi lebih dari 12 ribu unit dan berhasil menembus pasar ekspor ke 11 negara
- Gaikindo meminta pemerintah membuat kebijakan jangka panjang untuk industri otomotif Indonesia, mengingat penurunan penjualan mobil yang terus berlanjut
Bandung, IDN Times - Penjualan kendaraan khususnya mobil saat ini masih lesu. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat ada penurunan penjualan hingga pertengahan semester 2025 dibandingkan 2024.
Meski demikian, bisnis mobil pick up atau bak terbuka diprediksi masih akan tumbuh dengan perbaikan pada sektor UMKM. Hal ini disampaikan Regional Sales Manajer PT Sokonindo Automobil, Stanislaus Anggoro, saat berbincang di Kota Bandung, Jumat (13/6/2026).
Menurutnya, kendaraan pick up sekarang semakin banyak dicari oleh pelaku usaha khususnya menengah ke bawah yang memang menggunakannya untuk membawa barang atau berjualan secara langsung. Dengan kemudahan penggunaan kendaraan ini pelaku UMKM tidak segan untuk berinvestasi di mobil pick up.
"Pedagang itu paling besar sekarang pasarnya karena mereka harus bawa barang atau antar barang. Selain itu food truck juga yang makin marak ini menumbuhkan pasar mobil pick up karena mobil ini bisa dimodifikasi lagi," kata dia.
1. Tak terlalu terpengaruh kondisi ekonomi

Menurut Anggoro, berbeda dengan penjualan kendaraan pribadi, kendaraan logistik seperti mobil pick up ini tidak terlalu berdampak oleh perekonomian nasional. Sebab, selama ini penggerak ekonomi dalam negeri mayoritas masih dari UMKM dan pangsa pasar mobil pick up ada di sana.
Saat ini PT Sokonindo Automobile tengah gencar memperkenalkan kembali DFSK Super Cab, kendaraan niaga jenis pikap yang hadir sebagai solusi transportasi logistik yang efisien, terjangkau, dan bisa diandalkan oleh pelaku usaha maupun perorangan. Jawa Barat khususnya daerah Bandung Raya dan Cirebon Raya dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan tren positif dalam penjualan mobil jenis ini sehingga bisa menjadi pendorong angka jual secara nasional.
"Di daerah ini banyak pelaku usaha termasuk di pasar-pasar yang memang membutuhkan mobil pick up. Dengan spesifikasi DFSK kami optimis bisa menarik minat konsumen untuk membelinya," ujar Anggoro.
2. Performa dan volume kendaraan jadi acuan konsumen

Kata dia, DFSK Super Cab hadir sebagai mitra andal yang mendukung kelancaran operasional bisnis sehari-hari. Dengan bak luas dan konsumsi bahan bakar yang efisien, kendaraan ini menawarkan performa tinggi dan daya angkut optimal.
"Konsep untung banget menjadi cerminan komitmen DFSK dalam menghadirkan solusi niaga yang benar-benar membantu pelaku usaha untuk tumbuh dan berkembang," tuturnya.
Sejak diproduksi di pabrik DFSK yang berlokasi di Cikande, Serang, Banten, DFSK Super Cab telah mencatatkan produksi lebih dari 12 ribu unit dan berhasil menembus pasar ekspor ke 11 negara.
3. Harus ada kebijakan jangka panjang untuk kerek industri otomotif

Sementara itu, berdasarkan penjualan dari Januari hingga Mei 2025 Gaikindo mencatat angka wholesales sebanyak 316.981 unit. Wholesales Januari-Mei 2025 mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 335.405 unit. Begitu juga dengan retail sales. Gaikindo mencatat, retail sales Januari-Mei 2025 sebanyak 328.852 unit. Angka itu turun dari 362.163 unit pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Gaikindo pun meminta pemerintah membuat kebijakan jangka panjang untuk industri otomotif Indonesia. Kebijakan yang kerap berubah membuat konsumen dan pelaku industri dilanda ketidakpastian. Apalagi harga mobil di Indonesia menjadi yang termahal di dunia, akibat banyaknya komponen pajak yang diterapkan. Kondisi ini diperparah dengan menurunnya daya beli masyarakat yang memengaruhi pada penjualan mobil yang terus menurun.
Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, merasa perlu adanya kebijakan jangka panjang yang dapat meningkatkan penjualan kendaraan bermotor. Mengingat saat ini kondisi industri otomotif Tanah Air sangat mengkhawatirkan dengan terus alami penurunan penjualan.
“Kita perlu memikirkan kebijakan yang berjangka panjang, bukan sekadar musiman. Kebijakan yang hanya berlaku sebentar lalu dicabut bisa membuat pasar tidak stabil. Saat masa berlakunya hampir habis, orang jadi ragu, beli atau tidak. Akhirnya, penjualan pun turun," kata dia.