Kenapa Lagu Lawas Sering Viral di Media Sosial? Ini Penjelasannya

- Algoritma media sosial senang dengan konten nostalgia
- Algoritma mendorong konten bernuansa nostalgia di TikTok dan Instagram Reels
- Lagu lama bisa menjadi tren baru setelah dipakai dalam konteks baru
- Generasi muda menemukan musik lama untuk pertama kalinya
- Banyak Gen Z baru mengenal lagu-lagu lawas lewat aplikasi video pendek
- Melodi catchy, lirik relatable, dan vibe retro menarik perhatian mereka
- Musik lama punya karakter kuat yang mudah “nempel”
- Lagu lama dibuat dengan fokus pada hook yang kuat dan
Belakangan ini lagu lawas dari era 1990-an hingga awal 2000-an kembali merajai linimasa. Mulai dari sound TikTok, challenge Instagram, hingga diputar ulang di acara TV, musik lama seolah menemukan hidupnya yang kedua.
Fenomena ini tidak hanya terjadi pada satu genre, tetapi juga hampir semua jenis musik, dari pop, rock, jazz, sampai dangdut.
Tren ini menimbulkan pertanyaan: mengapa lagu-lagu lama bisa kembali viral, bahkan di tengah gempuran musik baru yang dirilis setiap hari? Ini jawabannya:
1. Algoritma media sosial senang dengan konten nostalgia

Salah satu alasan terbesar adalah algoritma yang mendorong konten bernuansa nostalgia. Platform seperti TikTok dan Instagram Reels berfungsi sebagai mesin pelontar tren.
Begitu satu lagu lawas dipakai untuk challenge atau tren tertentu, algoritma akan mendorong lebih banyak pengguna melihat konten tersebut.
Fakta menariknya, beberapa lagu yang awalnya tidak populer justru menjadi sangat viral setelah dipakai dalam konteks baru. Ini menunjukkan bahwa kekuatan platform digital bisa mengubah “lagu lama” menjadi “tren baru”.
2. Generasi muda menemukan musik lama untuk pertama kalinya

Walau terdengar mengejutkan, banyak Gen Z yang justru baru mengenal lagu-lagu lawas lewat aplikasi video pendek. Mereka tidak memiliki keterikatan emosional dengan lagu tersebut sebelumnya, tetapi tertarik karena melodi yang catchy, lirik relatable, atau vibe retro yang sedang naik daun.
Sementara itu, generasi yang lebih tua ikut terbawa nostalgia, sehingga interaksi pun meningkat. Perpaduan ini menciptakan gelombang tren baru yang lintas generasi.
3. Musik lama punya karakter kuat yang mudah “nempel”

Banyak lagu lama, terutama yang dirilis sebelum dominasi streaming, dibuat dengan fokus pada hook yang kuat dan komposisi yang memorable. Unsur ini membuat lagu lama mudah diingat dan cocok dijadikan background sound.
Selain itu, kualitas produksi yang unik pada masanya—misalnya reverb khas 1980-an atau drum elektrik 1990-an—memberikan nuansa yang jarang ditemukan di musik modern, membuatnya terasa segar bagi pendengar baru.
4. Dipopulerkan lagi lewat film, serial, dan iklan

Sering kali lagu lawas kembali viral setelah dipakai dalam film atau serial besar. Contohnya, “Running Up That Hill” milik Kate Bush meledak kembali setelah muncul di Stranger Things.
Fenomena ini juga terjadi di Indonesia, ketika film atau sinetron tertentu memunculkan kembali lagu-lagu lama dalam adegan penting.
Ketika dipadukan dengan narasi visual yang kuat, lagu tersebut langsung mendapatkan makna emosional baru.
5. Era digital memudahkan penemuan kembali (rediscovery)

Platform streaming membuat catalog musik lawas tersedia hanya dengan satu klik. Hal ini memudahkan orang untuk menemukan, membagikan, dan memviralkan musik apa pun, tanpa batasan era.
Bahkan lagu yang tidak pernah populer di masanya bisa viral bertahun-tahun kemudian.Berkat ini, musik lama memiliki kesempatan kedua untuk bersinar—dan sering kali lebih terang daripada sebelumnya.
Viralnya kembali lagu-lagu lama bukan sekadar kebetulan, tetapi kombinasi nostalgia, algoritma, dan karakter musik itu sendiri. Era digital memungkinkan karya lama menemukan audiens baru tanpa batasan generasi.
Pada akhirnya, musik yang bagus memang tidak pernah benar-benar tenggelam—hanya menunggu waktu untuk bersinar lagi.


















