Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Menilik Gedung Dansa Belanda, Nuansa Romawi dan Yunani di Cimahi

(Bangkit Rizki/IDN Times)

Cimahi, IDN Times - Sebuah bangunan bernuansa sejarah berdiri kokoh di Jalan Gatot Subroto, Kota Cimahi, Jawa Barat. Bangunan itu dinamakan The Historich atau Gedung Sudirman yang merupakan peninggalan pemerintahan Hindia Belanda.

The Historich merupakan bangunan bersejarah yang sudah ditetapkan menjadi cagar budaya berdasarkan hasil kajian yang dilakukan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB), Kota Cimahi, hingga dikukuhkan melakui Surat Keputusan (SK) Wali Kota Cimahi Nomor 430Kep1692-Disbudparpora/2022
Tanggal 10 Mei 2022 Tentang Bangunan Gedung Sudirman sebagai
Bangunan Cagar Budaya Kota Cimahi.

Ketua Tjimahi Heritage Machmud Mubarok mengatakan, The Historich merupakan peninggalan pemerintahan Hindia-Belanda yang mulai dibangun saat masa pemerintahan kolonialisme Belanda tahun 1895.

Gedung dibuat sebagai sarana pertemuan sosial antara tentara dan bangsawan Belanda saat zaman kolonialisme dulu. Jadi gedung ini pada awalnya dibangun dan berfungsi sebagai sosio club yang dipergunakan untuk acara-acara pesta seperti dansa, minum-minum, main billiard, dan pertemuan lainnya.

"Jadi ketika itu tentara-tentara kan lelah sehabis bertempur atau latihan. Maka hiburannya di gedung itu. Di sana ada teater, dansa, pertunjukan film," kata Machmud saat dihubungi, Sabtu (8/6/2024).

1. Adopsi gaya gaya indische empire stijl

(Bangkit Rizki/IDN Times)

Dari segi arsitektur, gedung The Historich mengadopsi gaya indische empire stijl. Gaya arsitektur itu dipengaruhi oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36, Herman Willem Daendels, yang mengharapkan bangunan bergaya Romawi dan Yunani.

Dari depan gedung ini terlihat beberapa pilar, di mana berarsitektur Yunani atau gaya romawi kuno. Pilar yang terdapat di gedung ini ada empat buah. Pilar utama yang menghiasi gedung ini memiliki style ionix. Di gedung ini terdapat pula beberapa pilar lain yaitu dorix dan orintion.

Bangunan ini memiliki luas sekitar 870 meter persegi yang berdiri di atas lahan seluas kira-kira 3.700 meter persegi. Bangunan terdoro dari satu main hall dan dua sayap, yaitu sayap timur dan sayap barat.

"Kalau yang societet itu punya ciri tiangnya ionic atau bergelung. Jadi kalau kita lihat kolom, nanti di atasnya itu ada gelung," kata Machmud.

2. Beberapa kali mengalami perubahan nama

(Bangkit Rizki/IDN Times)

Namun sebelum dinamakan The Historich, gedung tersebut awalnya bernama Societeiet voor Officieren. Namun ketika pindah tangan ke TNI AD, namanya kemudian berganti menjadi Balai Prajurit Sudirman, hingga akhirnya berubah lagi menjadi The Historich.

Di balik kemegahan dan kekokohannya, arsitek yang membuat The Historich hingga kini belum diketahui secara pasti. Lebih tepatnya, Machmud belum memiliki catatan pastinya.

Hanya saja ia menduga arsitekturnya adalah Kapten der Genie Fischer bersama asistennya VL Slors, yang memimpin pembangunan Garnizun di Cimahi.

Kini Gedung The Historich kerap digunakan untuk ajang pernikahan, pertemuan, pameran UKM, seminar, dan lainnya.

3. Pemkot Cimahi bakal lakukan pemeliharaan

(Bangkit Rizki/IDN Times)

Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disdbudparpora) Kota Cimahi Achmad Nuryana mengatakan, gedung The Historich atau Sudirman sudah ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya.

"Iya betul kami sudah menetapkan dua bangunan tersebut menjadi cagar budaya melalui SK Wali Kota," kata dia.

Sebab sudah ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya, kata dia, maka Pemerintah Kota (Pemkot) Cimahi memiliki kewajiban untuk ikut andil dalam melakukan pemeliharaan.

"Setelah ditetapkan nantinya akan keberlanjutan. Komitmen tetap mempertahankan sebagai cagar budaya patut kita apresiasi. Nanti kita akan bantu pemeliharaan sesuai ketersediaan anggaran di APBD Kota Cimahi," tutur Achmad.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us