TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pra-KTT Y20 2022: Selamatkan Bumi dengan Ekonomi Sirkular

Butuh kerja keras untuk melakukan perubahan jaga lingkungan

KTT Y20 Indonesia 2022. (Dok. Pluang)

Bandung, IDN Times -  Forum Pra-KTT Ketiga Y20 Indonesia yang mengangkat isu lingkungan berkelanjutan dan layak huni masih berlanjut dengan diskusi mengenai ekonomi sirkular pada Minggu (22/5/2022).

Dalam konsep ekonomi linier, pola produksi barang 'buat-gunakan-buang' sudah waktunya untuk ditinggalkan dan diganti dengan ekonomi sirkulasi berbasis produksi dan konsumsi berkelanjutan. Karena pola 'buat-gunakan-buang' ini hanya memicu konsumsi berlebih dan produksi limbah yang berlebihan.

Center of Competence for Climate Change, Environment and Noise Protection di Aviation Hessen, Alesya Krit mengatakan, perubahan pola menjaga lingkungan ini perlu dilakukan secara lokal untuk mendorong berpikir masyarakat dengan mendorong konsumsi berkelanjutan.

“Kita harus berpikir lokal dan menyesuaikan (solusi tersebut) dengan wilayah tujuan, serta
cocok dengan dimensi sosial dan budaya setempat. Kemudian, bentuklah perspektif
normatif dan ajaklah pekerja, teman, warga untuk mengenal mindset baru. Misalnya, lewat
TikTok challenge,” ungkap Alesya pada talk show Pra-KTT Ketiga Y20 Indonesia.

1. Pola konsumsi masyarakat dunia mayoritas masih berlebihan

Ilustrasi Berbelanja (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Partner di Systemiq, Joi Danielson mengatakan, sebelum masuk ke pembahasan ekonomi sirkular, perlu diperhatikan pola konsumsi yang terjadi di masyarakat. Menurutnya, manusia cenderung takut akan kelangkaan, sehingga cenderung mengonsumsi lebih dari apa yang dibutuhkan.

Dia mengatakan, dalam sebuah ekonomi yang berbasis konsumsi, semakin banyak yang dikonsumsi, semakin tinggi produk domestik bruto (PDB).

“Jadi sistem kita mengandalkan konsumsi berlebihan. Jika kita bisa membantu orang merasa bahwa apa yang mereka miliki sudah cukup, kita bisa meyakinkan mereka untuk hanya mengonsumsi yang dibutuhkan. Dengan ini, kita bisa mulai memutus siklus konsumsi tersebut," jelas Joi.

2. Butuh perubahan kebijakan untuk menerapkan kebiasaan baru

Ilustrasi (ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah)

Hal senada juga diungkapkan Program Lead di Platform for Accelerating Circular Economy, Ke Wang. Menurutnya, meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap ekonomi sirkular tidak hanya bisa mengakibatkan perubahan kebiasaan, tetapi juga perubahan kebijakan.

“Karena para politisi mendengarkan aspirasi masyarakat. Namun, kesadaran masyarakat
terhadap ekonomi sirkular masih sangat rendah. Di sinilah, anak muda memainkan
perannya. Generasi muda telah menunjukkan bahwa mereka memegang peran penting
dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perubahan iklim,” jelas Ke Wang.

Baca Juga: Balikpapan Jadi Tuan Rumah Pra KTT Y20, Angkat Tema Lingkungan

Baca Juga: Balikpapan Jadi Tuan Rumah Pra KTT Y20, Angkat Tema Lingkungan

Berita Terkini Lainnya