TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tren Millennial Bandung Jadi Pengusaha Tinggi, Tapi Terbentur Modal

Ketersediaan bahan baku juga menjadi kendala lain

Unsplash/@schamaendels

Bandung, IDN Times - Dengan menyandang julukan kota kreatif, pemuda Bandung semestinya bisa menciptakan lapangan kerja sendiri dengan berniaga lewat usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Namun faktanya, dari banyaknya pengusaha ulung di Kota Kembang, jumlah pemuda tak lebih dari angka satu persen.

Fenomena itu yang menjadi pembahasan alot dalam Forum Group Discussion Kontribusi Pemuda Terhadap Pembangunan Ekonomi (UMKM) di Kawasan Asean, yang digelar di Jalan Ir. H. Djuanda, Kota Bandung pada Jumat (6/12).

Bagi Fahmi, ketua pelaksana acara tersebut, jumlah pemuda yang belum banyak menyumbang peran dalam dunia UMKM Kota Bandung merupakan persoalan yang mesti dituntaskan. "Karena bukan tidak mungkin pemuda kita bisa bersaing dengan pengusaha senior lain. Di beberapa negara Asean lain, kontribusi pemuda dalam UMKM kotanya mencapai angka belasan hingga puluhan persen," tutur Fahmi, kepada IDN Times di lokasi acara.

1. Tren menjadi pengusaha

FGD Kontribusi Pemuda dalam UMKM di Bandung (IDN Times/Galih Persiana)

Kegiatan yang digelar Komite Nasional Pemuda Indonesia itu mengundang sejumlah akademisi dari beberapa kampus di Bandung. Pakar ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati, Yukinun, membenarkan adanya fenomena tersebut.

Menurut dia, tren pemuda Bandung untuk membikin usaha ketimbang bekerja di sebuah perusahaan telah muncul dalam beberapa tahun terakhir. "Secara kuantitas ada perubahan ke arah kemajuan. Artinya ada kenaikan. Terbukti sekarang mahasiswa sudah mulai aktif berperan serta dan ikut menjalankan kegiatan bisnis berdasarkan skill dan hobinya," kata Yukinun di tempat yang sama.

2. Dari masalah modal hingga bahan baku

Foto hanya ilustrasi. (Unsplash.com/Sharon McCutcheon)

Namun, upaya mengembangkan UMKM kerap kali menemui sejumlah kendala. Menurut catatan Yukinun, ada beberapa hal yang sering membuat pemuda Bandung tak lagi bergerak di bidang wirausaha karena tak berhasil memecahkan berbagai masalah itu.

Misalnya, kata dia, kendala yang paling dominan ialah tentang permodalan. "Itu sudah menjadi kendala yang sering ditemui para calon pengusaha. Maka itu seharusnya ada peran pemerintah dalam memberikan pembiayaan pada mereka yang telah menjalankan usahanya dalam waktu tertentu," katanya.

Tak hanya itu, ada pula kendala lainnya salah satunya terkait dengan ketersediaan bahan baku. Dalam beberapa jenis usaha, kata Yukinun, pengusaha mengalami kesulitan bahan baku hingga harus mengimpornya dari luar negeri.

Berita Terkini Lainnya