TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Prostreet, Brand Fesyen Automotif Bandung Mampu Tembus Pasar Dunia

UMKM lokal pun bisa bersaing jika punya produk berkualitas

IDN Times/Debbie Sutrisno

Bandung, IDN Times - Anak muda Kota Bandung seakan tak kehabisan ide dalam mengembangkan industri fesyen. Terkenal sebagai kota mode, Bandung mampu menghadirkan banyak produk fesyen yang digandrungi masyarakat.

Salah satu brand yang ikut serta melambungkan nama kota ini sebagai pusat industri fesyen ini adalah Prostreet. Founder sekaligus CEO Prostreet Freddy Hadiono mengatakan, brand ini lahir berawal dari kegemarannya menunggangi motor sport sejak duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA). Kegeraman itu kemudian terbawa hingga di iulus perkuliahan di fakultas hukum Univesitas Pasundan (Unpas) Bandiung.

Bingung mencari pekerjaan yang tak kunjung didapat, Freedy kemudian terinspirasi ungkapan Ridwan Kamil, yang dulu masih menjabat sebagai Wali Kota Bandung. Kang Emil sempat berkata bahwa pekerjaan yang menyenangkan adalah hobi yang dibayar.

Dari situ Freddy kemudian mencoba peruntungannya dengan membangun brand Prostreet dengan memprouksi pakaian seperti hoodie, t-shirt, dan jaket, sejak 2013.

1. Jatuh bangun memulai bisnis

Pengunjung memilih produk di toko Prostreet. IDN Times/Debbie Sutrisno

Pria 32 tahun ini bercerita, untuk membangun bisnis tersebut modal yang dipunya tidak kecil. Didapat dari orang tua Freedy memulai usaha dengan modal Rp1 miliar.

Namun, karena tidak terampil dalam berbisnis, modal tersebut pun lenyap dan hanya menyisakan Rp20 juta saja. Niatan untuk membangun brand pun beralih sementara pada bisnis konveksi menerima orderan dari pada pebisnis lainnya.

Perlahan tapi pasti, modal untuk mengembangkan Prostreet terkumpul kembali. Freedy kemudian memulainya lagi dengan membuat 1-2 lusin kaus yang dipasarkan kepada teman-temannya.

Karena keterbatasan dana, ia melakukannya seorang diri. Mulai dari desain, marketing, hingga mengantarkannya ke pihak ekspedisi. Setiap hari, ia pulang ke rumah jam 2 dini hari dan jam 8 pagi sudah pergi berusaha lagi.

"Dulu istri (menegur) sampai bilang anak kamu lama-lama manggil om. Empat tahun saya babak belur mulai terlihat maju pada 2017," ujar lulusan SMAN 1 Bandung tersebut.

2. Desain yang detail dan rumit disukai banyak pengendara

Ratusan motor ikut Sunmori saat lauching store Prostreet. IDN Times/Debbie Sutrisno

Dia mengatakan, salah satu hal yang membuat produk Prostreet banyak digemari pecinta motor karena desainnya. Berbeda dengan pakaian pada umumnya, desain yang dihadirkan Prostreet sangat detail dan rumit.

"Namun, kerumitan ini justru menjadi jiwa dalam desain Prostreet. Desain seperti ini kemudian disukai banyak konsumen dari pegiat sportbike," kata Founder sekaligus CEO Prostreet ini.

Berbagai desain yang diproduksi Prostreet pun terinsipirasi dari gaya tatto Yakuza, Jepang. Freedy kemudian mengkombinasikan desain tersebut dalam pakaian yang dibuat. Saat ini Prostreet mulai merambah pada art style Amerika yang juga diminati para pecinta sportbike baik pria maupun wanita.

Menurutnya, konsumen Prostreet sekarang tidak hanya datang dari pecinta sportbike saja, tapi ada juga pengguna motor matic, klasik, hingga adventure. Produk Prosteet sendiri sekarang terbagi menjadi beberapa kategori seperti regular, premium, dan limited produk.

Dengan banyaknya minat dari dalam dan luar negeri, Prostreet tahun ini mengembangkan produk yang memiliki konsep Fashion & Function, di mana brand ini menggabungkan antara aspek fungsi dan fashion. Beberapa produk yang sudah dikeluarkan adalah celana jeans dan jaket berprotektor hingga wearpack.

"Protektor pada produk Prosteet yang dikembangkan merupakan bukti nyata penggabungan fesyen dan fungsi yang menjadi visi misi Prostreet pada 2022," kata Freddy.

Sebagai percabangan dari produk unggulan, Prostreet menghadirkan aksesoris pakaian di luar berkendara motor seperti slip-on sandal. Kemudian ada juga inner suit, arm sleeve, dan balaclava yang bisa dipakai untuk berkendara.

Berita Terkini Lainnya