TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pandemik COVID-19, Angka Kemiskinan di Jabar Naik Jadi 544 Ribu Orang 

Secara nasional jumlah orang miskin sudah 9,78 juta

Ilustrasi Kemiskinan (IDN Times/Arief Rahmat)

Bandung, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat merilis angka kemiskinan terbaru di Indonesia. Berdasarkan data terakhir pada Maret 2020, angka kemiskinan naik menjadi 544,3 ribu jiwa.

Sebelumnya, angka orang miskin di Jabar sekitar 3,38 juta jiwa 6,82 persen dari total penduduk pada September 2019. Namun, sekarang angkanya menjadi
3,92 juta jiwa atau 7,88 persen.

Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Jawa Barat Raden Gandari Adianti mengatakan, salah satu pemicu angka masyarakat miskin meningkat adalah adanya kasus COVID-19 yang sudah ada di Indonesia pada Maret 2020.

1. Pandemik virus corona berdampak cukup besar pada kenaikan angka tersebut

Pexels.com/cottonbro

Berdasarkan data yang dimiliki, tren kemiskinan di Jawa Barat pada September 2014 hingga September 2019 terus menurun. Hanya saja pada Maret 2020 kembali mengalami kenaikan lantaran terjadi pandemi Covid-19.

Gandari menjelaskan, faktor penyebab penambahan angka kemiskinan di Jawa Barat pada periode September 2019 hingga Maret 2020 adalah pertama, ekonomi di Jawa Barat pada triwulan I 2020 tumbuh sebesar 2,73 persen. Namun, angka ini sebenarnya melambat bila dibandingkan dengan capaian triwulan I 2019 yang mencapai 5,43 persen.

"Jadi ada pelambatan pertumbuhan ekonomi," kata dia.

2. Nilai tukar petani pun alami penurunan

IDN Times/Wayan Antara

Di sisi lain, Nilai Tukar Petani (NTP) pada kondisi Maret 2020 mengalami penurunan sebesar 6,84 persen dibandingkan dengan kondisi September 2019 yaitu 110,97 menjadi 104,13. Sementara harga beberapa komoditas bahan pokok, seperti beras, telur ayam, daging ayam ras, gula pasir dan minyak goreng periode September 2019 sampai Maret 2020 mengalami kenaikan.

Dalam menentukan penduduk miskin, BPS terlebih dahulu menentukan Garis Kemiskinan di Jawa Barat. Pada Maret 2020 garis kemiskinan sebesar Rp 410.988 per kapita per bulan meningkat sebesar 2,82 persen dibandingkan dengan keadaan September 2020 yang sebesar Rp399.732 per kapita per bulan.

Peran komoditi makanan terhadap garis kemiskinan masih jauh lebih besar dibandingkan peran komoditi bukan makanan. Secara total peran komoditi makanan GK sebesar 73,43 persen. Angka ini naik jika dibanding keadaan September 2020 yang sebesar 73.23 persen.

3. Gini ratio justru alami peningkatan dan ini tak baik

pexels.com/quang-nguyen-vinh-222549

Sementara itu, Nilai Gini Ratio atau ketimpangan pendapatan di Jawa Barat, lanjut Gandari, mengalami peningkatan yakni dari 0,398 menjadi 0,403. Jika dilihat berdasarkan wilayah, nilai Gini Ratio di perkotaan maupun perdesaan menunjukkan kecenderungan meningkat.

Gini Ratio di perkotaan naik menjadi 0,412 dari 0,408 pada periode sebelumnya begitu pula di perdesaan mengalami kenaikan dari 0,318 menjadi 0,325.

Berita Terkini Lainnya